Jiwa bisa terluka. Ada beberapa penyebab, Pertama, saat sirna atau menjauhnya obyek kemelekatan (sesuatu yang kita cintai, kita senangi atau sangat kita hargai). Kedua: ada tindakan orang lain yang kita persepsi sebagai menghina dan merendahkan harga diri.
Jiwa yang luka membawa duka, rasa sakit yang bisa sangat mendalam tergantung kedalaman luka.
Merupakan pilihan bagi kita, untuk membuat luka itu makin parah atau menyembuhkannya. Menempatkan diri kita sebagai korban situasi, sebagai penerima sial - yang lalu kita sesali - membuat luka jiwa makin membesar.
Bagaimana menyembuhkannya? Pertama, adalah dengan menyadari setiap peristiwa adalah pembelajaran berharga. Kita siap menerima segenap peristiwa penyebab luka jiwa sebagai sesuatu yg berguna mematangkan jiwa.
Tak perlu menyesali apa yang sudah terjadi. Lihatlah rancangan agung di balik peristiwa itu.
Berikutnya, fokuslah pada proses penyembuhan dengan menyelami relung jiwa untuk mengakses banyu perwitasari. Tapi tak perlu tergesa-gesa untuk sembuh. Tak perlu memaksa agar rasa sakit segera sirna. Obati luka jiwa sembari menikmati sakit akibat luka itu. Sakit itu akan sirna pada waktunya, sesuai ketentuan semesta bukan kemauan kita. Semesta membawa kita pada sakit itu, agar kita mengenali rasa itu dan membuat jiwa kita semakin tangguh.
Sadarilah bahwa selalu ada keindahan dalam kekeliruan dan kebodohan kita yang membuat jiwa kita terluka.
Salah satu murid... eh... teman... eh... sahabat ku... eh.... apalah namanya, bertanya; "Bagaimana cara Agar kita tidak mencemaskan sesuatu dan bisa Bahagia menikmati hidup dan pekerjaan?".
Salah satu tragedi yang menyebabkan kesengsaraan berkepanjangan, yang lebih besar dari yang ditimbulkan oleh penyakit ataupun peperangan peperangan dalam sejarah Manusia adalah saat kita cenderung memikirkan tentang apa yang tidak kita punyai daripada berfokus kepada semua yang kita miliki. Tentu kita tidak mau menukarkan kedua mata kita atau kedua tangan kita dengan uang 1 triliun sekalipun, tapi Apakah kita cukup menghargai milik kita tersebut?
Oh tidak.... kita tidak terlalu menghargainya.....
Di barat sana ada seorang wanita yang pada dasarnya buta selama setengah abad, beliau hanya mempunyai satu mata, itupun tertutup oleh bekas luka berat, dengan demikian beliau hanya bisa melihat melalui sebagian kecil dari mata kiri yang terbuka atau tak tertutup bekas luka, beliau bisa melihat buku hanya jika buku itu dipegang dekat sekali dengan wajahnya dan dengan jalan menarik satu matanya sekuat mungkin ke arah kiri,
Tapi beliau tidak mau dikasihani, ia tidak mau dianggap berbeda, dia membaca dirumah, dipegangnya buku yang hurufnya dicetak besar amat dekat dengan matanya hingga bulu matanya menyentuh permukaan buku itu. Dia memiliki ijazah yaitu A. B (Sarjana Muda) dari University of Minnesota dan M.A dari Columbia University. Ia memulai proses mengajarnya di sebuah sekolah kecil di Twin Valley, Minnesota.
Profesi itu terus berkembang hingga ia menjadi Profesor di bidang jurnalistik dan kesusastraan di Augustana College di Sioux Falls, South Dakota. Disitu dia mengajar selama 13 tahun memberi ceramah untuk klub-klub wanita dan memegang acara buku dan pengarang nya di radio. "Jauh di lubuk hatiku" demikian tulisnya.
Kemudian pada tahun 1943 ketika ia berusia 52 tahun setelah menjalani operasi di Mayo Clinic , Ia bisa melihat 50 kali lebih baik daripada sebelumnya. Dunia keindahan yang baru dan menyenangkan terbuka untuknya, dia pun sangat menikmatinya, bahkan hanya mencuci perabot dapur saja membuatnya amat gembira, ia mulai bermain dengan buih sabun di atas mangkuk sayur, mencelupkan tangan kedalam buih yang berlimpah itu, meletakkan gelembung gelembung sabun di atas telapak tangan dan membawanya dekat Sinar lampu, Ia menikmati masing-masing gelembung itu yang memantulkan warna-warni bagaikan pelangi mini. Ketika ia memandang keluar melalui jendela, ia melihat burung burung gereja mengepakkan sayapnya yang kecil berwarna abu-abu hitam dan terbang diantara salju yang berjatuhan.
Ia menemukan Gairah dan kebahagiaan hanya dengan melihat gelembung sabun dan burung gereja saja, maka ia menutup buku yang ditulisnya itu dengan berkata "oh Tuhanku, bapak kami yang ada dalam surga Saya mengucapkan terima kasih, Terima kasih".
Coba bayangkan dia berterima kasih karena bisa mencuci pecah belah dan melihat pelangi di gelembung sabun serta burung gereja terbang melintasi salju. Beliau yang hanya sebentar saja dalam hidupnya bisa melihat keindahan alam sangat berterimakasih apalagi kita yang dari lahir bisa melihat dan menelanjangi keindahan Alam.
Buat semua pekerjaan kita menjadi berkah yang menyenangkan, saat mencuci pakaian di kali sekalipun kita bisa bahagia dengan seluruh nikmat yang kita rasakan,berfokus pada sejuknya air yg menyentuh kulit, pemandangan indah yang memanjakan mata.
Ya sesederhana itulah cara untuk berbahagia.
Anda dan saya sepantasnya malu pada diri sendiri berhari-hari dalam hidup kita selama ini dalam buana yang indah tidak membuka mata kita untuk bergembira dan mengucapkan syukur.
Jika kita ingin berhenti merasa cemas dan mulai hidup baru, cara yang lainnya adalah "Hitunglah berkat yang anda terima jangan kesulitan anda".
Mari kita Nikmati Hidup, lihatlah keindahan Wujud Jejaring Agung ke-u-Tuhan...
Tunjung Dhimas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jalan Sutra
Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi53qG9tCxCHmcAXLdf2JU1UBYxLm4jGQHu2W89qhee2VWx0i3TynJl9b37Sy-iMswHzyLAZ2_r5JCq5iEzckJAonWLSuNb1hzt60Q9AWVv5Gn1MEn8E4T5b2ngmmCakIdxE-Gp_7tNeAY/s640/IMG-20180810-WA0066.jpg)
-
Sang lindung, aku ora duwe ingkung Sang lindung, aku aja digawe binggung Kaki danyang, nini danyang Jaran kepangku balekna ngandhang... ...
-
Saya akan membabarkan hasil permenungan saya dari kode yang diungkapkan oleh: Romo Krath. Bandy Nagoro " Alam dalam huruf Alif Lam M...
-
Di hening malam, mataku agak capek mengedit laporan tesis, melihat angka-angka statistik yang rumit... Hasratku ingin berbagi tentang Sast...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar