Tujuh batang penderitaan gugur di sungai tanpa arti..
Dicengkram tanya yang dipagar sunyi..
Dinding antara sastra surga dan neraka dilingkari arah cinta yang mati...
Hei, para pencari tidakkah kau ranumkan kebingunganmu jauh di inti hati...
Ataukah setumpuk ketakutanmu menutupi arah jalanmu untuk kembali...
Kau bungkam kepalsuan di ujung penatmu bahkan rupa muram yang menamai diri berani untuk mati...
Atau gaun reiinkarnasi terhenti kala engkau berdoa tanpa mengerti...
Keinginanmu untuk pergi tertutup gelap rasa iri memeluk dengki...
Lalu kau mencari guru yang kau cipta sebagai nabi..
Lalu memilih bunuh diri didalamnya dan mentiraikan kebodohanmu sendiri....
Gaun reiinkarnasi adalah jubah lembut yang memeluk dambamu meniti jalan sufi...
Menyangkal jalan hidup yang telah kau ingkari di lingkar kepastian janji...
Mematikan beribu urat nadimu sendiri...
Sendiri, menanti, mencari, menangisi, meniti, melukai
Dan sunyi sepi mengiringi tanggalnya gaun reiinkarnasi...
Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar