Sabtu, 08 Juli 2017

Gincu Merah Part 3

Engkau sulami diri dengan merah gincumu yang ramah..
Duh, cantiknya gaun bibirmu diwarnai darah...
Itu indahnya merah, bukan lantas keindahan pongah...

Engkau yang terkasih, dalam sunyi bersuara langgam lirih..
Yang sejati dari apa yang direnggangi jarak tak akan berdalih..
Karena yang terganti sebelum engkau hanyalah buih..

Kemarin aku merindui rupamu yang terkaram di lautan doa ujung harapan..
Senyum itu berawal dari ilusi yang terjebak masa silapan..
Tapi hatiku selalu mengatakan bahwa hadirmu tak hanya sendau gurau dalam peran..

Tarian riuh rasamu membangunkan cinta ini yang pulas ditiduri permadani rindu tak bertuan..
Seakan merah gincumu menampar nafsu-nafsu liar dibalik ratapan..

Kau lelah dan engkau benci terkuras letihnya hati...
Aku tau tampak apa yang sedang berhenti dan terjadi..

Teriakan saja kepada dunia saat kau bernyanyi, itu bukan cinta dia tak kan membuat engkau merasa kehilangan nada dalam di jiwa...
Hanya jebakan drama belia kata-kata..

Ijinkan aku mengikuti suara Tuhan yang menuntunku untuk memelukmu di ujung jalan ketersesatan..
Dulu aku hilang arah, engkau membawaku ke tanah rindang berantah, walau ku tahu hanya sekedar kau persembahkan gincu merah...

Duh, ini pilihanku untuk kembali menjatuhkan daun cinta dikala rindu-rindu tersisih menjadi artefak kusam...

Duh, ini budi balasku kala lelah kau cumbuiku dengan doa-doa dan ketulusan berwajah manja nan desah....

Semoga waktu benar-benar datang menjemput cinta yang ditawan sunyi, yang dikira mati, yang betah disandera sendiri dan kini terjatuh kembali....

By: Tunjung Dhimas
3/Juni/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...