Aku Lelakimu dan Kamu Perempuanku
“BESTARI, INI TANGANKU YANG SUDAH KASAR DAN KAPALAN, JUGA KAKIKU YANG SUDAH PECAH-PECAH”
Aku mencandumu seperti bintang menjilat malam, meski aku dalam keterasingan dan serba kurang!
Kamu manusia tapi aku melihat Tuhan pada dirimu. Tentunya semua mengerti termasuk kamu, aku bisa meninggalkan manusia tapi aku tak bisa meninggalkan Tuhan, Tuhan yang berada pada dirimu !
Dan kamu tahu! Hati ini tlah mengecap manisnya madu yang diulas pada ranjang-ranjang asmara. Menjadi birahi untuk aku mengecup senyuman cinta yang setiap pagi kamu bawa!
Dan aku pun tak rela kamu untuk di sentuh kumbang yang lain!
Karena kamu sudah menjadi candu untukku, menjadi senggama untuk lagu-lagu malamku dipelukan langit yang membungkus pedar gulita dan telisik hening seolah aku rebah di sampingmu meski tak kusentuh!
Sering kali aku membuat kamu menangis!
Sampai akhirnya membuat kamu paham hakikinya kehidupan yang tak hanya butuh nilai pujian bahkan sanjungan yang berbungkus kepalsuan.
Dan malaikat malam berkata menemani ku kepada jiwamu.
Kamu wanitaku bukan kah kamu mengerti apa yang harus kamu lakukan tanpa aku meminta? dan menjelaskan dengan semestinya, karena aku bukan seperti mereka yang hanya haus kepada keindahanmu dan pandai picik memujimu!
Kamu perempuanku baik-burukmu aku terima meski kadang kesadaran diatas ambangmu melebihi akal liar mu, sering kali aku luap kan karena kamu tak cukup mengerti dimana kamu harus berhenti!
Kamu perempuanku yang selalu dalam selimut sutra hangat pada dini hari
Dan kamu perempuanku yang kadang enggan menerima sebuah kenyataan bahwa hidup tak selalu indah!
Karena kasar tanganpun membuat kamu seakan tak percaya bahwa ini lah kehidupan yang tak selalu mulus pada kakiku yang pecah -pecah!
Dan kamu pun tak segan enggan beranjak untuk tak percaya bahwa cacian itu ada, meski akhirnya kamu sadari itu!
Aku sampaikan kepadamu untuk menemui aku nanti di ujung senja!
Pada tapal batas sebuah desa dimana aku tinggal,
Akan aku ceritakan kisahku dan kubagi hatiku untuk kita belajar bersama bagaimana berjalan diatas bumi ini
Dan mengikuti roda putaran yang tak selamanya nyaman!
Ini kehidupan nduk bukan pujian bahkan sanjungan yang berbalut
Ini kenyataan nduk, bahwa sabitnya bulan yang menerangimu pun bisa membuat kamu tercabik
Karena lupa dan kau hanyut
Meski hatimu berontak teriak tapi inilah kenyataan kepada air mata yang dilahirkan serta tangisan bersumbang
Hidup yang indah tapi tak mudah
Waktu yang bengis mengajariku untuk kuat
Dan menerima apapun itu atas amanah alam kepadaku
Sampai nanti hikmah mengambil kita dalam doa
Dan kamu akan mengerti !
Magetan, 28 Juni 2017
Tunjung Dhimas Bintoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar