Sesak cintamu penuh tertahan..
Di jendela dadamu..
Kau tutup rapat rapat..
Jadi pengap..
Dalam kamar kesendirianmu..
Berantakan..
Berserakan rindu..
Sungguh..
Jikalau tak begitu angkuh bukalah..
Biar cintamu dijemput angin..
Disapakan pada putik jadi melati..
Dihembuskan pada rindang..
Jadi sepoi..
Atau dibisikan pada kelam..
Jadi badai..
Jika jarak memisah tubuh dan rindu adalah renta yang paling mungkin jatuh..
Maka menulis puisi ialah dada yang paling lapang...
Agar rindu dapat bersandar...
Yang lebih tulus dari cinta tepuk sebelah tangan, adalah cinta yang dikubur dalam dipendam-pendam hingga tumbuh rindu rindang..
Berbuah lebat doa-doa sepertiga malam..
Siapa yang memberimu ijin menjadi manusia abadi ??
Balas dendam paling romantis adalah menyadari bahwa kita dan dunia ini adalah fana..
Lalu katakan pada si pendongeng itu bahwa cintamu hanya berhenti pada ruang Sang Pencipta...
Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar