Setiap para pencari kesejatian pada suatu ketika pasti akan sampai pada suatu kondisi yang membuatnya bertanya tanya, siapa dirinya sebenarnya.
Begitu banyak bisikan yang muncul ketika seorang salik menempuh jalan (thoriq) memasuki relung relung dirinya sendiri.
Setiap pencari yang tidak mudah puas dengan suatu pencapaian posisi perjalanan spiritual akan membawanya masuk lebih dalam lagi dalam kepahaman dan samudra kejernihan penyaksian.
Siapa diri kita sebenarnya?
Diri kita adalah sosok yang bukan membisiki diri kita sendiri. Diri kita adalah yang menerima limpahan ide - ide tanpa diawali dari tangkapan panca indra.
Tidak dipengaruhi oleh setiap yg ada di luar diri kita.
Dengan kata lain adalah diri yang 'sadar'
Bagaimana bentuk diri yang sadar itu? Tentunya adalah bukan diri yang pasif yang harus disentuh baru merasa, harus dibisiki baru mendengar, dlsb.
Dalam Dzikir Nafas, tahap pertama, kita sama sama belajar mengamati - menyaksikan - menyadari siapa diri kita ini?
Berangkat dari mengamati nafas yang masuk-keluar secara alamiah, kita kemudian akan menemukan ternyata diri kita ada tiga, 1). Diri yg tampak seolah bernafas, yang dialiri nafas dan ditempati oksigen.
2). Diri yg sadar bahwa dia sedang mengamati aliran nafas yang bergerak alamiah
3). Esensi yang menyebabkan nafas ini tertarik masuk, terdorong keluar dan menggerakkan diafragma serta paru - paru untuk turut andil dalam proses pernafasan secara alami.
Siapa saja mereka?
Anda masing masing musti memahami hal ini dari penyaksian anda masing masing secara otentik original. Bukan kata saya. Dan jangan percaya dengan apa yg saya katakan sebelum anda benar benar menyaksikan hal tersebut.
Praktis saya, diri yg dialiri nafas pada poin pertama tersebut adalah raga saya. Yang juga dialiri darah dan berbagai macam proses alamiah lainnya yg bekerja _('tampak seolah')_ secara otomatis. Raga yang nantinya akan masuk ke liang lahat dan mengalami proses peleburan kembali menjadi tanah.
Diri pada poin ke-2 adalah diri yang dipanggil di dalam al-qur'an dengan sebutan sebutan nafs al-lawwamah, nafs al-muthmainnah, dll. Yang dalam bahasa indonesia disebut dengan jiwa.
Dipanggil dengan _'nafs lawwamah'_ (yang menyesal) adalah karena hampir setiap waktu si jiwa ini lebih memilih untuk mengikuti berbagai keinginan dan macam macam prasangka belaka. Yang kelak dalam bahasa indonesi disebut sebagai 'nafsu'. Ini silahkan disaksikan sendiri sendiri ketika apabila dalam kehidupan kita lebih mengutamakan mengikuti macam macam prasangka dan keinginan yg 'tidak berdasar', pasti penyesalan yg akan kita gapai.
Disebut sebagai _'nafs al-muthmainnah'_ karena sudah tenang disebabkan si diri (nafs) tidak condong pada keinginan 'tak berdasar' dan prasangka, melainkan condong pada kehendak ilahiah. Ciri jiwa yg berposisi disebut dg muthmainnah adalah senantiasa ridho dan 'narimo'. Ikhlas.
Setiap gerak dirinya (baik jiwa maupun raganya) adalah bersandar kepada titah dari Alloh (urwatul wutsqo _~ albaqoroh-256 ~_) Dan urwatul wutsqo ini jalan petunjuk yg akan kita bahas kemudian
"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
Surah Al-Baqarah (2:38)
Selanjutnya yang ke-3, esensi yg menjadi sebab hidup, geraknya seluruh partikel dan proses di dalam diri kita termasuk nafas.
Adalah ar-ruh.
Satu esensi suci (quds) dan diberikan oleh Alloh secara khusus menjadi penyempurna manusia.
"_Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya _(min~sebagian dari)_ ruhKu; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya"_
Surah Sad (38:72)
Namun kita tidak diizinkan oleh Alloh untuk menyibak terlalu banyak hal tentang ruh ini.
Yang perlu kita ketahui adalah sebagaimana kabar dariNya sendiri bahwa ruh ini adalah bagian dariNya.
Karena ini adalah bagian dariNya, maka setiap kabar dariNya yang biasa kita sebut dengan sebutan ilham akan sampai pada kita dengan ini.
Sekali lagi anda tidak perlu percaya saya, tapi temukan sendiri benar atau tidaknya penjelasan ini.
Yaitu dengan cara kenali-pahami-titeni-ikuti sebagian titah ilahiah yang mewujud dalam bentuk dorongan nafas.
Setelah anda 'titen' dengan bentuk dorongan - dorongan semacam daya yang mendorong dan mengharuskan kita bernafas, selanjutnya setiap muncul dorongan yg serupa untuk bergerak, ikuti terus.
.......
Amati perubahan pada jiwa anda, apakah menjadi lebih tenang dan legowo dalam bertindak, ataukah justru lebih sering menyesal?!
Dalam praktis saya, sebab itulah kemudian saya menyebut hal tersebut lah yg disebut sebut dengan istilah _'tali Alloh'_ dalam al-qur'an
Sesuatu yg menghubungkan kita dengan Alloh yang kemudian diperintahkanNya kepada kita semua untuk senantiasa berpegang teguh pada 'tali Alloh ini'.
wallohu'alam bish-showab.
Tunjung Dhimas Bintoro / 23 Juni 2017.
Sumber Redaksional :
- kitab Suci Al-Qur'an
- Musaf Sufi ; terjemahan kitab kuning; salafi, Tambak Beras, Jombang.
- Mistik Kejawen Kanjeng Sunan Kalijaga dan Syeh Siti Jenar; suluk wujil, suluk linglung; artikel sinar merah.
- Eathel Slone ; Anatomi & fisiologi dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar