Sabtu, 08 Juli 2017

MANUSIA BUKANLAH BUDAK TUHAN


Satu kesadaran yang sewajarnya tumbuh pada siapapun yang telah terhubung dengan Diri Sejatinya adalah bahwa manusia bukanlah hamba atau budak dari Tuhan.  Yang tepat adalah, manusia merupakan manifestasi dari Tuhan yang memiliki free will dan dilimpahi kuasa sesuai tingkat kesadarannya.  Relasi manusia dengan Tuhanlah bukanlah relasi budak dan tuannya, dimana sang budak harus selalu memenuhi hasrat tuannya dan dicekam ketakutan jika gagal menyenangkan sang tuan.  Justru, Tuhan menjadi ada dan nyata lewat manifestasinya termasuk manusia yang hidup di Planet Bumi.  Dalam kemenyatuan yang tanpa batas, sejatinya manusia adalah penggatraan dari Tuhan yang berkarya dengan segenap kuasa dan kecerdasanNya.

Keberadaan manusia dan seluruh titah di jagad raya ini adalah konsekuensi logis dari realitas Tuhan sebagai kekosongan yang mengandung benih-benih keberadaan.  Dari keadaan suwung, terdapat probabilitas tak terbatas untuk menjadi apapun.  Karena dari suwung itu selalu memancar dark energy yang memiliki karakter mengekspansi atau meluaskan keberadaan.  Manusia adalah salah satu bentukan atau manifestasi fisik dari dark energy ini.  Berangkat dari kesadaran ini, maka sejatinya manusia dan Tuhan bukanlah sosok terpisah.  Terminologi manusia sebagai hamba atau budak Tuhan otomatis tak lagi berlaku.

Pengkondisian manusia sebagai budak Tuhan, tentunya bukan muncul dari Tuhan yang sejati.  Tetapi memang di jagad raya ini ada banyak entitas yang secara natural punya kuasa besar dan bisa memperbudak manusia.  Kita bisa membahasakan entitas ini dengan bermacam cara: alien, iblis, demit, apapun.  Entitas ini punya free will juga dan demi kepentingannya bisa mengaku sebagai Tuhan.  Lalu memperbudak siapapun yang mempercayainya sebagai Tuhan.

Tuhan palsu yang berkehendak memperbudak manusia, umumnya melakukan rekayasa pikiran dengan pendekatan hipnotik massal.  Secara massal manusia dijauhkan dari kesadaran murninya, dikerdilkan jiwanya, diajak untuk dengan sukarela menyatakan mereka adalah hamba atau budak.  Lalu pikirannya diisi dengan program yang seragam, yang berisi rasa takut jika membuat sang tuhan palsu itu tidak senang.  Maka, mereka yang mulai mempercayai sebagai budak tuhan palsu ini didorong untuk melakukan segenap ritual bahkan pengorbanan untuk membuatnya senang.  Untuk memperkuat daya hipnotik massal ini umumnya juga dijanjikan imbalan dari sang tuhan palsu berupa kesenangan ragawi yang kelak dinikmati dalam kehidupan setelah mati.

Mereka yang menyelami realitas diri secara utuh, niscaya mengerti bahwa sejatinya Tuhan adalah suwung atau kekosongan yang meliputi segala-galannya.  ManifestasiNya di dalam diri adalah Kasih Murni dan Kecerdasan Tertinggi yang bertahta di pusat hati, yang dijuluki Diri Sejati.  Dia bekerja sebagai pemberi hidup: dayaNya mengalir melalui nafas manusia, dan dari pusat hati memancar daya lembut (yaitu Divine Energy) yang menghidupkan seluruh sel dan organ tubuh manusia.  Dialah yang juga bertahta di pusat semesta, sebagai kekuatan yang mengasihi dan menggerakkan semesta dan bisa dijuluki sebagai Roh Agung Semesta.  Dia sejatinya merupakan keberadaan yang menyatu dengan semesta itu sendiri, dan kebijaksanaanNya memanifestasi sebagai hukum-hukum semesta.

Tunjung Dhimas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...