Kamis, 30 Maret 2017

Hakikat Keyakinan

Bagiku "KEYAKINAN" adalah pohon Kebenaran Keyakinan adalah bentuk lain dari kebenaran, hanya ada dalam diri pribadi, dunia luar diri adalah kepalsuan dan kebohongan. Rata-rata banyak manusia merusak kebenaran dengan membenarkan diri, tapi aku baru sadar bahwa kebohongan dan kepalsuan juga suatu kebenaran, kebenaran yang melampaui keyakinan . Kebenaran akan seluruh realitas. Kebenaran terjadi saat semua keberadaan seluruh lapisan realitas (tergatra maupun tidak) diterima secara sadar, bukan terdistorsi produk-produk pikiran. Walaupun produk pikiran itu juga bagian dari kebenaran itu sendiri secara utuh dan itulah hierarki. Intinya kebenaran tidak perlu diperdebatkan hanya perlu diselami, dimengerti, dipahami sesuai proporsionalitas setiap pribadi. Simplenya adalah melepaskan, menerima apa adanya, dan meyakini akan apa yang sudah dimengerti membulatkannya menjadi prinsip, namun tetap terbuka pada apapun perubahan, fenomena, ide-ide, dan cakrawala baru.. Kadang hidup ini begitu rumit karena pikiran adalah medan perang kata Joyce Meyer. Produk-produk yang dihasilkan pikiran ini merupakan bentuk lain dari iblis yang bersemayam di dalam diri. Manusia terus berperang dan bahkan ketika terjadi disharmonis dalam tindakannya, itu karena kekalahan perang dengan iblis dalam diri itu. Bahkan mampu merusak dan menguras tataran energi dalam diri, keruh dan teracak. Memicu cairan pembentuk emosional (melankolis, flegmatis, coleris, sanguin) yang mengendarai kuda hasrat merongrong sang diri hingga pedut, penuh kekemerlutan. Disini peran Tuhan, Ia bekerja dibalik layar. Manusia hanya perlu menetapkan pilihan dengan menaruh harapan, membentuk keyakinan, melepaskan segala sesuatu (berserah diri total) pada Ia. Menyatakan bahwa Tuhan telah bekerja ketika manusia menghentikan pekerjaannya (hasrat kemampuan yang menggebu-gebu, kekawatiran, ketakutan, memaksakan kehendak bebas). Disini pohon "keyakinan" di matangkan dengan kesadaran disini buah keyakinan telah ranum menjadi "Iman". Hingga manusia selalu selaras dengan dirinya, sinkron antara hati dan pikiran seperti terus berada di tengah laju qodrat iradat tak lebih tak kurang dan seimbang. Hidup semestinya, karena sejatinya pikiran adalah lautan samudera yang mengoyak Sang benih ketenangan, ketentraman, kedamaian. Harapan adalah sebentuk dayung, keyakinan adalah perahu, dan Iman adalah jangkar. Karena hidup adalah berlayar di medan silang ruang waktu yang terus bergerak bengis dan kejam. Namun harapan, keyakinan, dan iman membuatnya tetap seimbang. Hingga ketetapan kontrak yang tertulis oleh Sang Tuhan menggugatnya. Dengan keyakinan setidaknya benar-benar dihargai oleh diri kita sendiri akan existensi kita. Keyakinan bukan produk kefanatikan namun buah kasunyatan. Yakinlah bahwa dirimu akan menemukan keyakinan itu sendiri, letakan harapan didepan keyakinan, nyatakan bahwa ia selalu bersama anda dan itulah perisai selimut sutra terlembut dari Tuhan. Agar produk pikiran-pikiran yang terus berubah-ubah dan negatif tertata dikotak keyakinan. Dan semua be quite. Setidaknya dengan keyakinan manusia berani menjadi diri mereka sendiri, mereka mampu mengadaptasikan dirinya dengan manusia lain dan lingkungan sekelilingnya. Percayalah zaman sekarang dunia tidak butuh orang-orang cerdas, integritas, intelektualitas semata, namun butuh orang yang yakin akan dirinya sendiri, penuh mentalitas, dan rendah hati (respectivitas). Tidak berbohong pada diri sendiri, inilah benih revolusi mental sejati. Bukti catatanku, banyak orang cerdas, integritas, intelektualitas, zaman sekarang hanya berjibaku pada kepentingan dirinya sendiri. Parahnya beramai-ramai mencuri, mencuri dengan nama korupsi. Termodifikasi dengan kontemplasi instansi. Lemah dalam keyakinan, menghancurkan mental sejati, mendistorsi nilai rendah hati !! Anak kandungnya dijadikan anak tiri, akibat desentralisasi teknologi yang mengebiri, hilangnya rasa peduli, semua telah mati, dibunuh hembusan tirani !!! Selamat, menyingkap tabir keyakinanmu kawan.... Tunjung Dhimas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...