Jumat, 17 Maret 2017

The best of PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE



Manusia menurut ajaran PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) adalah "sejatining hurip" atau kehidupan sejati manusia adalah kehidupan yang sebenarnya tiada kehidupan jikalau tanpa manusia takdir-takdir Tuhan pun tidak dapat dijelaskan diceritakan tanpa adanya manusia. Manusia juga merupakan bagian dari alam karena manusia memiliki anasir-anasir dari alam sebagai penjelmaan dari Sang Sumber Kehidupan. 

Anasir-anasir tersebut "sedulur papat" atau nafsu empat diantaranya api, air, udara, bumi yang melindungi pancer (RUH) yang dipinjamkan pada manusia oleh Sang Pencipta. Pada ajaran budi luhur manusia akan mencapai titik pusat (causa prima) bila saja mereka mampu memelihara dan mengendalikan empat nafsunya tadi, dengan mengenal diri pribadinya dalam konsep pemahaman, perenungan, dan penghayatan maka mereka akan mampu mengenal dan menyatu dengan Tuhanya.

Namun kebanyakan manusia merusak dirinya dengan nafsu dan lingkungannya yang melibatkan nafsu, hasrat, pikiran, cipta, karsanya keluar dari jalur keseimbangan (Azas Ketuhanan). PSHT dalam ajarannya mengenalkan istilah kistelek dalam agama adalah makrifat hal tersebut merupakan hakikat pemahaman tertinggi yang di dapatkan dari inti diri melalui penyadaran dan keyakinan hanya mungkin apabila panca indera dan badan wadag berfungsi dengan baik dan diri kita (rasa, akal, pikiran) terlatih menghadap kedalam bila rasa, akal, pikiran dan kehendak menjadi sinkron dengan fungsi hati sanubari akan mendekatkan diri kita menjadi manusia yang utuh yang sanggup menerima, menghayati dan melaksanakan tugas dan anugerah ILLAHI. 

Selain itu alasan mengapa bagi setiap anggota maupun calon anggota PSHT harus belajar pencak silat karena pencak silat merupakan sarana utama untuk memperoleh badan yang sehat, trampil, trengginas, percaya diri dan perasa termasuk di dalamnya, istilah pencak silat mengandung unsur olahraga, seni, bela diri dan kistelek (kebatinan). Pencak silat adalah hasil budaya manusia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya). Pencak silat mampu membentuk 4 ranah yaitu olahraga, olah hati, olah rasa, olah karsa. 

Karakter yang dibangun yaitu dari nilai keolahragaannya nilai tangguh dan berdaya tahan, disiplin, sportif, bersahabat, kompetitif, ceria, kerjakeras, jiwa patriotik, nasionalis, jujur, dan mampu berkompetisi (Haryani, 2013: 10). Sehingga pencak silat dan SH tidak bisa terpisahkan dari tujuan asas membentuk manusia SH seutuhnya ini merupakan bagian telaah dari pandangan filsafat tataran epistemologi. Menurut Saefullah, (2004: 10) Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lain, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu hal. Yang menjadi landasan dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni, apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni, dan kebaikan moral",. 

Untuk itu ruang lingkup filsafat dalam tataran epistemologi dalam peranan memberi pikiran dan perasaan agar mampu dicerna dan dipahami yang dibubuhkan dalam bentuk ajaran pencak silat yang mewakili daya serap ketubuhan yang meliputi gerak raga pada esensi seni, gerak pikir esensi logika dan penalaran, gerak jiwa esensi etika disinilah ruang moral dan karakter terkontruksi.Dalam pada itu sebagai perwujudannya erat hubungannya dengan pelajaran jurus pencak silat PSHT. Disini lah keterkaitan ajaran organisasi PSHT dengan pendidikan jasmani olahraga yang merupakan rumpun pohon ilmu keolahragaan dalam meta-teorinya, tujuan pendidikan olahraga adalah mengantarkan generasi muda yang sehat untuk membentuk satu masyarakat yang sehat hingga membesarlah menjadi konsep bangsa yang sehat , karena di dalam tubuh yang sehat terdapat  jiwa yang kuat. 

Pencak silat dalam organisasi PSHT merupakan dasar-dasar gerak ketubuhan yang memiliki esensi jasmani olahraga dimana misinya juga ikut menciptakan tubuh sehat dan jiwa kuat yang sering disebut jiwa setia hati, serta disanalah penanaman butir nilai kebudayaan yang merupakan pencak silat sebagai sarananya. Maka dengan demikian nilai karakter luhur dan moral, sesuai dengan ungkapan Mulyana (2013: 85) bahwa jika dalam konteks kekinian pencak silat masih sangat relevan sebagai alat pendidikan dalam membentuk karakter bangsa Indonesia yang dirasa mulai kehilangan jati dirinya.

....cuplikan bahasan dari skripsi :

"COMPREHENSIVE APPLICATION OF PHILOSOPHICAL PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE IN DAILY LIFE OF REGENCY OF MAGETAN COMMUNITY ON ORGANIZATION BOARD TRANSITION"  

By : TUNJUNG DHIMAS BINTORO

3 komentar:

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...