Aku ingin menjelaskan esensiku sebagai manusia yang utuh. Aku tak perlu pengakuan dari siapapun tentang diriku, karna terkadang itu memporak porandakan pemikiranku dalam menuju aku sebagai esensi karya dari yang kausalitas prima. (Bayu Ristiawan)
Dari pemahaman itu aku menguraikan arti, bahwa "aku" terkadang dianggap dekat dengan selfish (ke-ego-an) justru dari kesadaran yang utuh, "aku" menjadi peleburan bersama kasunyatan keutuhan itu sendiri, ketika aku mengaku sebagai orang pintar, orang bijak, orang jenius, seorang penulis, seorang sastrawan, dll aku mendeklarasikannya dari kesadaranku sendiri justru dari situ aku merasa existensi itu adalah "keakuanku" sendiri. Dalam lokus kontrol awareness aku sadar bahwa itu bukan sekedar ego justru aku mampu mengenal dan mengenali aku secara utuh. Beda kalau "aku" yang diakui orang lain, disanalah awal dunia yang memporak-porandakan, karena pengakuan orang lain cenderung lebih mendapat vision dari apa yang dilihat (panca inderawi) dan kebanyakan itu simulakra kata Jean B. (Penuh tipu daya). Pengakuan orang lain ini justru tidak tervalidasi dengan tepat karena mereka materialisasi di luar diri pribadi. Atau istilahnya hanya variable kontrol. Mereka banyak memuji dan pujian ini terkadang hanya jebakan simulasi (kebohongan). Orang jawa mengatakan "amung oleh wah lan pengeraman mundak owah" (hanya dapat pujian yang nantinya mudah menyebabkan kejatuhan). Ketika aku mendeklarasikan diriku sebagai "seorang jenius, penulis, spiritualis" itu bukannya aku sombong atau kesombongan. Itu karena aku mengenal pribadiku (cetak biru) dengan kesadaran utuh, karena hanya diriku yang mampu memahamiku. Justru pujian orang lain (pengakuan) orang lain ini yang kadang menipuku. Bukanya munafik diakui orang lain sebagai orang pintar, jenius, atau apa kek itu. Tapi kita pribadi tak pernah mengenal diri kita sendiri dengan baik. Ini justru yang menyebabkan kejatuhan karena kita sering tergiur tipu daya pujian dan pengakuan orang lain itu. Jadi ketika "aku" mengaku diriku ini orang jenius, melabeli aku dengan sebutan apapun asalkan itu hasil peremenungan kesadaran akan kenal diri secara pribadi ya no problem, justru disini aku berani menjadi diriku sendiri, yang belum tentu sama dengan mereka yang tertunduk pada standar moral yang dibuat beramai2. Hei "AKU ADALAH PENULIS KEREN" !!! Aku bangga dengan deklarasi itu sih lalu, ketika ada orang yang bilang "si Tunjung sombong banget yah, setau gue gak ada tuh orang pinter ngaku pinter, orang keren ngaku keren, itu kan mendekatkan kita dengan sombong dan riak" . Loh ya gpp lah lawong aku ngakunya juga untuk diriku sendiri kok, aku juga sadar kok, paham kok, justru berarti mereka yang mendakwaku seperti itu mereka itu ya munafik sih karena terbiasa cari pengakuan orang lain, akhirnya minder jadi diri sendiri, terus dirinya gak damai akhirnya buat presepsi yang nggak2 ke aku hehehe...,
Intinya bro mulai jadi dirimu sendiri...
Selamatkan dirimu dari dunia sekelilingmu yang mengikat dan memporak2porandakanmu. Renungi setiap apa yang kau temui, kesadaran penuh adalah buah2 pemikiranku yang sedikit nylekit dan berbeda dari paham umum. Tapi aku siap dengan kosekuensinya yang lebih penting aku bangga berani berbeda... Hehe..
Ngopi yuk..., jangan lupa banyak baca buku ya, baca Al-Quran juga, eh yang non muslim ya Baca kitab2nya hehe...
By: TUNJUNG DHIMAS
ninggalke jejak
BalasHapus