Senin, 20 Maret 2017

TATANAN KEHIDUPAN BERBANGSA MENURUT PARA PENDIRI BANGSA

Panca Sila, sila ke 3 “Persatuan Indonesia” sedang terancam oleh penjajahan terselubung melalui agama. Panca Sila adalah hukum tertinggi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, kemudian diurai dalam hukum ditingkat dibawahnya yaitu UUD 45, UU, PP, Keppres, dstnya, semuanya tidak boleh bertentangan dengan Panca Sila. Indonesia bukan negara agama, oleh karena itu apabila ada ayat2 kitab suci agama apapun yang tidak selaras hingga bertentangan dengan Hukum Negara, maka ayat2 tersebut wajib hukumnya untuk tidak diberlakukan di bumi Nusantara ini.
Kita hayati kembali tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat menurut para pendiri bangsa berikut ini.

Bung Karno, tanggal 1 Juni 45:
“ .... segenap rakyat hendaknya berTuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama. Marilah kita amalkan agama dengan cara berkeadaban. .... keTuhanan yang berkebudayaan, berbudi pekerti luhur dan yang hormat menghormati ssl”.
Bung Hatta, pidato di Sanyokaigi:
“ .... kita akan mendirikan negara modern diatas dasar perpisahan antara urusan negara dengan urusan agama. Kalau urusan agama juga dipegang oleh negara, maka agama akan menjadi perkakas negara. Urusan negara adalah urusan kita semua, urusan agama Islam adalah urusan masyarakat Islam semata!”
Mr Soepomo:
“ Dalam negara Indonesia dianjurkan agar semua Warga Negara cinta dan ikhlas berbakti kepada tanah air. Setiap waktu taat dan ingat kepada Tuhan sebagai dasar moral dari negara nasional yang bersatu”
Liem Koen Hian:
“... dasar negara yang merdeka ialah hati manusia. Jika hati manusia baik akan melahirkan pikiran dan buah yang baik. Hati yang baik adalah hati yang jujur dan cinta semua orang sebagai bangsanya”.
Wiranata Kusuma:
“.... supaya dalam zaman ini lahir negara Indonesia dimana manusia dapat hidup sentausa menuju derajat kemanusiaan yang sempurna, dapat mengatasi se-baik2nya segala hal mengenai kehidupan se-hari2”.

Bangsa ini bangsa besar, tanah ini tanah surga, kecintaanku pada tanah ini adalah anugerah Tuhan, bagiku tak mungkin ada bangsa lain yang akan melindungi bangsa ini tanpa pamrih, kecuali aku dan kita, mari saudaraku jika engkau merasa dimuntahkan dari rahim vagina ibumu dan tetes darah menjadi saksi akan pribadimu di tanah surga ini bangkit dan bawa tangismu untuk mengembalikan dan menjaga tanah ini, tak ada yang lain selain kita, ketika kita mati  

Mungkin ini salah satu pertanggung jawaban yang akan diminta selain, ego perebutan kekuasaan, agama, keyakinan, dan komodity apapun, aku butuh kesadaran dan kasihmu, dengan keberagaman kita menyatu, dan ingat keberagaman bukan harus di seragamkan, jangan biarkan Sang negara raksasa mengebiri dan memecah belah kesatuan bangsa ini,

 Ingat... !!! walau aku tak berarti  memaksamu oleh isue paham kiri atau apapun ingat kejayaan bangsa ini pernah menjadi pusaka di dunia, kasihmu ya hanya kasih murnimu dan kita yang mampu memangkas tirai-tirai terselubung dibalik mercusuar tirani, lalu ketika mati kita telah berarti ...

Saya pribumi, saya cina, saya muslim, saya nasrani, saya penghayat kepercayaan, saya budha, saya hindu, saya keturunan, saya tak punya agama, tanah ini diijinkan diinjak oleh perbedaan, tidak ada etnis, sara, dan diskriminasi, berbaur dan berwarna dengan budaya seperti satuan dan kesatuan Garuda dan tempatnya bertengger diatas keberagaman, kebersamaan, dan persatuan,

hei tampangkan dirimu individu pemecah belah ?? Dan tunjukan padaku fakta sejarah bahwa kita semua majemuk, kita diciptakan oleh perbedaan namun kita adalah kelengkapan, tak ada tirani dengan alasan apapun jika tertuju untuk primordialisme, kami melawan ketidakadilan karena itu tidak bisa dibenarkan !!!,

hei para pemecah belah pergilah engkau jika hanya mengotori tanah ini, racun-racun dipikiran dan mulutmu adalah musuh daripada kami, kami tidak takut kami akan tetap bersatu untuk pembangunan bangsa, tanah, dan negara ini bahkan seberapa hebat lecutan hujatanmu yang seakan menyamai Sang Pencipta Perbedaan itu sendiri, karena kami dilahirkan untuk saling menopang dari setiap kami, kami satu tumpah darah..., kami satu wadah, kami satu bahasa, kami satu kesatuan kami adalah INDONESIA.... MERDEKAAA

BINNEKA TUNGGAL EKA adalah payung kami dalam kesatuan ....

(By: Tunjung Dhimas Bintoro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...