Rembulan tanggal diujung tangis.. Merapuhkan pelanaku dan karya tulis... Cinta yang dibawa peradapan malantis hilang bersama hujan gerimis...
Sepasang sayap cinta picisan terpisah antara optimis dan pesimis...
Hatipun merajut tamparan hasrat dibalut luka yang mengiris...
Jalan kasih diprakarsai tawa dan pelukan iblis...
Meludahi kebenaran cinta yang tampak muram dalam pena idealis...
Masihkah berjibaku pada kisah yang berujung dramatis...??
Ataukah bertahan di karamnya simetri alunan melankolis...
Egois adalah rajut baris pertama ...
Eksis adalah rajut baris kedua...
Bukankah semua berakhir dilematis ?? Lalu bertahankan melawan baris ketiga yang kupanggil hedonis..
Atau menyerah dibaris ke empat yang mencengkram bait nama epistemologis..yang kupanggil realistis.. Logika, estetika, dan etika adalah kebenaran yang semu dalam cinta yang bengis...
Ataukah masih menyanggah bahwa deretan empat baris melankolis adalah harapan besar akan sempurnanya hidup dalam cinta yang berakhir romantis..?? Jantung hati yang puitis bukan akhir dari karya tulis empat baris melankolis, melainkan doa yang diungkap oleh pandangan filosofis yang mengawali setiap kisah cinta yang memerlukan indahnya alunan melodis yang terus berdialegtika dengan luasnya samudera premis...
Hari ini telah terlukis wajahmu di coretan penaku yang penuh puitis dan salamku sebagai penulis ...
Sidoarjo, 08 April 2017
Tunjung Dhimas
Note : Ketika aku telah memilihmu, maka aku telah meletakan cinta Tuhan di dalam hatimu. Ketika engkau mengabaikan maka tanyakan ulang pada hatimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar