Senin, 22 Januari 2018

Nafsu Kebaikan

Ah siapa bilang kebaikan itu tidak dilaksanakan atas nama nafsu. Siapa bilang bahwa nafsu itu selalu jauh-jauh dari kebaikan. Buktinya toh ada yang namanya nafsu kebaikan. Yaitu nafsu untuk berbuat baik. Nafsu untuk terus-menerus berbuat baik dan harus berbuat baik. Sampai pada akhirnya terjerumus pada paradigma bahwa hidup itu harus selalu berbuat baik. Lupa bahwasanya Tuhan menciptakan dua hal yang selalu berdampingan yaitu baik dan buruk, terang dan kegelapan. Lupa bahwa esensi menjalani kehidupan itu adalah untuk memperindah dunia. Itulah kenapa manusia jadi Khalifah di bumi. Itulah kenapa keyakinan dalam berTuhan itu selalu bermuara pada segala perilaku yang rahmatallil'alamin.

Sekarang pertanyaannya adalah jika kebaikanmu itu diselubungi nafsu lalu apakabar nilainya? Apakabar esensi hidup berkeTuhananmu? Jika berkeTuhanan hanya untuk mempersempit pandangan bahwa yang ini benar dan yang itu salah maka anak TK pun bisa membedakan bahwa ini gelap dan ini terang. Jika berkeTuhanan namun dengan nafsu kebaikan maka sudah dijamin bahwa tidak akan bisa membawa maslahat bagi umat lebih-lebih mau jadi rahmatallil'alamin. Ibarat orang berpendidikan idealnya adalah semakin tinggi pendidikannya maka ia akan semakin terbuka pandangannya, makin bijaksana. Lalu buat apa jika makin dalam berkeTuhanan namun terjerumus pada sudut pandang yang makin menyempit? Tidakkah seharusnya semakin faham dan semakin dalam ilmu itu akan dapat diaplikasikan ke berbagai macam hal? Menjadi fleksibel, mampu mengayomi dan menjadi rahmatallil'alamin tadi?

Bukankah seorang sarjana kuliner yang faham akan seluk beluk pangan dan citarasa masakan Nusantara akan mampu mengembangkan produk untuk lebih berdaya guna? Mengembangkan berbagai inovasi agar dapat bermanfaat bagi khalayak ramai? Bukan lantas membatasi bahwa Ayam Gegape itu hanya untuk makanan orang Makasar dan bukan untuk orang diluar Makasar. Harusnya sarjana kuliner itu mampu mengolah Ayam Gegape dengan berbagai inovasi agar juga bisa diterima di lidah orang lain diluar orang Makasar. Itu baru namanya rahmatallil'almin.

Sepertiitulah harusnya berkeTuhanan. Tidak lagi dengan satu pandangan yang lantas mempersempit pemikiran. Karena semakin berketuhanan harusnya bisa makin bijak, makin mengembangkan pemahamannya dalam kebaikan bukan malah terjerat nafsu dibalik kebaikan. Bahwasanya semua bisa berjalan dengan harmonis, luwes dan bijaksana. Kecuali kalau memang nafsu kebaikan yang jadi tumpuan pemahaman dalam kehidupan berkeTuhanan.

Surabaya, 22 Januari 2018
~ Saila Atmaredja

Prayer Warrior

Aku hadir di bumi bukan karena dikutuk Sang Gembalaku, aku hadir karena ingin belajar mengenal neraka gravitasi kehidupan mahluk bernyawa. Neraka itu hadir berupa siksaan batin. Daur ulang campuran hasrat melekati yang gagal. Kesedihan, ketakutan, kekalutan, rasa sakit, adalah neraka mahluk bernyawa dan berakal sepertiku sekarang. Lebih mengerikan dari geliat api yang menyala-nyala.

Semenjak darah menjadi saksi kehadiranku di bumi ini, aku selalu bertarung dengan akal dan batin untuk bertahan dalam proses perumbuhanku menuju kematian sesuatu yang bergerak dan menggerakanku di dalam diri yang selalu dibawanya kesana kemari menjelajah hutan sebab akibat yang luas tanpa berlandas di bawah atap langit ini.

Neraka yang sering menggetarkanku sendiri rupanya ketidaktahuanku sendiri, yang sering menjatuhkan diri pada belas kasih dan keluh kesah. Aku lupa untuk mengasihi, batinku gelap gulita cahaya hanya memantul di kedua bola mataku saja. Tidak sampai sumsum dan kerongkonganku. Iblis telah kulahirkan dari kegelapan tersebut. Mereka bertepuk tangan meriah menyaksikan ketersesatan dan kebutaan manusia fana sepertiku.

Lalu kupejamkan mataku sejenak, kusapakan diri pada semilir angin yang berhembus lembut menghidupiku. Kukatakan "Gembalaku aku memanggil-Mu, saat kematian itu hadir tapi aku percaya Engkau selalu hidup di kedalaman tubuhku. Wahai air kehidupan tumbuh mengalirlah dalam sela-sela tubuhku yang kekeringan ini. Tumbuhkan pohon-pohon harapanku agar berbuah lebat kesukacitaan yang menjadi ladang surga yang teduh dan rindang, yang menjadi rumah dari setiap mahluk abadi ciptaan-Mu."

Kubuka mata kurasakan seluruh tubuhku telah diambil alih Gembalaku Dia adalah Tuhan. Dia adalah air kehidupan yang menanamkan bibit kasih kesukacitaan. Neraka kuperangi. Kusiangi seperti hama dan rerumputan yang mengeroposi ladang padi surgaku.  Aku bangkit dan segera memanen kesukacitaanku. Aku dibekali sabit dan cangkul berbentuk Iman dan doa-doa, aku petani ladang kesukacitaan dalam diriku sendiri kuperangi hama yang membuahkan neraka itu. Heii panggil aku si Prayer Warrior....

~ Tunjung Dhimas

Rabu, 17 Januari 2018

Situasi-kondisi Membujuk Anda Hanya Untuk Bertahan Hidup, Tapi Saya ingin Membujuk Anda untuk Tumbuh dan Berkembang

Saya pernah mengalami hal  sama seperti sebagian orang yang lupa dan tidak menyadari bahwa situasi-kondisi sering mengitimidasi kita untuk berhenti (menyerah) melalui pikiran. Beberapa orang terkunci dalam mentalitas bertahan hidup bukannya mentalitas berkembang. Mereka menyaksikan begitu banyak laporan berita yang buruk sehingga memutuskan: "itu buruk. Bagaimana mungkin aku akan berhasil?, aku tak  berbakat, aku tak punya cukup uang, ibuku sakit-sakitan, berat rasanya."

Sama seperti anda dapat dibujuk untuk bertahan hidup, saya ingin membujuk anda untuk berkembang. Saya menyadari bahwa kita perlu menggunakan hikmat pada apa  yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Tetapi saya tidak percaya bahwa kita sebaiknya menahan diri di tempat dimana kita tidak mengejar impian kita lagi sehingga kita tidak mengharapkan peningkatan atau berkat kemurahan. Saya kira kita seharusnya tidak menahan diri, atau mencoba untuk menjaga keadaan yang sekarang. Itu adalah mentalitas bertahan hidup saja.

Ingatlah bahwa anda punya muara harapan dan rumah batin yang sering kita panggil Tuhan. Dia adalah keajaiban yang pernah ada. Dia menjelma anda, melipat gandakan apa yang anda miliki. Dia menolong anda setiap hari memampukan anda menyelesaikan masalah dan menjalani jalan takdir anda masing-masing. Dia memberikan rejeki penuh pada anda, mungkin tidak harus berbentuk materi, mungkin berupa bakat kita, kita di ketemukan orang-orang berbakat, teman-teman yang berpotensi, orang-orang yang hangat dan menyayangi. Kita sering tidak menyadarinya karena terfokus dengan satu bagian dari puzzle situasi-kondisi saja. Seperti tidak punya cukup uang, kisah cinta yang gagal dan lainnya.

Kita menjalani hidup dengan keseluruhan kumpulan puzzle-puzzle kehidupan, yaitu serangkaian gambar kisah yang ditulis dan dilukiskan Tuhan. Jadi Tuhan lebih mengerti rencana besar untuk kita. Jangan kawatir. Tuhan memegang kendall penuh. Jika keadaan menjadi sulit, jangan meringkuk dan berpikir, " Aduh, ini begitu buruk. Jika saja aku dapat bertahan dan melewatinya setahun lagi...."

Tidak, hirup nafas dan hentakkan kaki anda kuat-kuat ke tanah dan katakanlah, " aku tidak hanya bertahan hidup. Aku akan berkembang. Aku akan berhasil walaupun situasi-kondisi memperlihatkan kesulitan ini."
Seorang teman wanita saya memberitahukan saya bahwa ia kemelut dan bergumul dalam pernikahannya selama bertahun-tahun. Ia telah melakukan yang terbaik untuk bertahan, tetapi itu tidak  berhasil. Ia berkata pada saya, " Tunjung, yah, setidaknya aku bertahan hidup walau kisahku dan Suami seperti ini." Ia senang dapat melewatinya, tetapi saya dapat mengetahui bahwa dia sudah tidak berdaya lagi, kehilangan dirinya, kehilang spirit kehidupannya. Ia adalah seorang wanita muda yang cantik, tetapi ia kehilangan semangat hidupnya. Saya melihat dia kehilangan cahaya di matanya.

Saya memberitahukan pada anda: anda dapat melewatinya tetapi anda tidak dapat menyimpan mentalitas bertahan hidup saja. Tuhan menyediakan masa yang baru di depan anda. Ia telah menyediakan pintu-pintu keajaiban baru yang akan dibuka-Nya. Ia ingin Puzzle  anda berikutnya lebih baik dari puzzle kehidupan sebelumnya. Mentalitas bertahan hidup saja akan mencegah anda mencapai yang terbaik dari Tuhan. Kebaskanlah itu dan katakanlah, " Tuhan, Engkau berjanji melalui seluruh jiwa ragaku bahwa apa  yang dimaksudkan untuk membahayakanku, kesulitanku, akan Engkau gunakan untuk kebaikanku. Aku mungkin telah melewati api, melewati kelaparan, melewati banjir kemlaratan batin, tetapi aku tahu bahwa inilah waktuku untuk kemurahan dan keajaiban-Mu atas aku. Inilah waktuku menyaksikan kebesaran-Mu yang lebih besar lagi melebihi daya tampung perkiraan pikiranku yang terbatas, aku tahu rencanamu lebih besar atas hidupku."

Jagalah Iman anda tetap tumbuh dan berbuah dan menjadi obat hati dan jiwa anda semua.  Saya ingin anda mulai menantikan Tuhan untuk meningkatkan anda dalam cara yang lebih besar lagi. Mulaikan menantikan tahun ini untuk menjadi tahun anda yang terbaik sejauh ini!.

Saya memiliki pengalaman untuk merawat dan menumbuhkan Iman anda agar berbuah lebat dan subur, menjaga suka-cita anda, dan mengobati duka lara anda, ini pernyataan pengalaman saya:

1. Berdoalah katakan hal positif setiap harinya dalam kehidupan anda.
2. Hargai diri anda, karena dia salah satunya perangkat yang paling anda butuhkan dalam hidup anda. Hadiahi diri anda dengan reward seperti meluangkan waktu rekreasi dan having good moment.
3. Perbanyaklah tersenyum, di setiap moment.
4. Berkumpulah dengan orang-orang positif, mendukung anda, sevibrasi dalam pikiran dan perasaan.
5. Peduli dengan sesama mahluk, tumbuhan, hewan, dan manusia. Blessing mereka setiap saat. Bila dengan manusia luangkan waktu mengafirmasi positif pada mereka misal pada orang-orang yang anda kenal dan anda cintai dahulu. Jangan sungkan mengirimkan pesan tentang blessing. Misal dipagi hari ," selamat pagi, hari ini kamu baik-baik ya, diberkati, penuh energi, dan bahagia".

(Tunjung Dhimas Bintoro)

.....................................................................

Situasi-kondisi mengatakan bertahan hidup  untuk menggapai kebahagiaan, tapi saya mengatakan ciptakan kekuatanmu dan berkembanglah maka kebahagiaan akan berbuah lebat dari dalam dirimu.

~ Tunjung Dhimas
................................. ..................................

Senin, 15 Januari 2018

Orang Lain Mempunyai Hak Atas Pendapatnya, Tapi Kita Punya Hak Untuk Mengabaikannya

Saya pernah mempunyai seorang kawan wanita, dia bercerita pada saya tentang salah seorang kerabat suaminya yang berpendirian sangat keras. Ia selalu memberikan komentar yang tajam dan merendahkan kepadanya. Pasangan ini belum lama menikah. Setiap kali mereka pergi  ke pertemuan-pertemuan keluarga, kerabat ini akan mengatakan sesuatu untuk menghinanya. Ia akan menjadi sangat marah dan hal itu akan merusak harinya. Ia mencapai titik di mana ia menolak untuk pergi ke pertemuan-pertemuan keluarga. Akhirnya, ia memberitahukan suaminya, "Kamu harus melakukan tindakan kepada orang itu, Ia adalah kerabatmu."

Ia mengharapkan suaminya mengatakan, "Kamu benar, sayang. Ia  seharusnya tidak berbicara seperti itu kepadamu. Aku akan membuat urusan dengannya. Namun sebaliknya suaminya berkata," Sayang, aku mencintaimu tetapi kamu tahu Ia dapat mengatakan apapun yang dia inginkan, tetapi kamu mempunyai hak untuk tidak merasa terhina." Pada mulanya Ia tidak dapat memahami mengapa suaminya tidak mau benar-benar membelanya. Berkali-kali itu membuatnya marah. Jika kerabat tersebut ada dalam satu ruangan dengannya, Ia akan pergi ke ruangan lain. Jika orang tersebut pergi ke luar, ia akan memastikan untuk tetap tinggal di dalam rumah. Ia selalu terfokus untuk menghindari orang ini.

Suatu hari ia menyadari bahwa ia sedang membuang kekuatannya. Itu sama seperti sebuah lampu yang tiba-tiba menyala dalam pikirannya. Ia mengizinkan satu orang yang bermasalah untuk menjaga dirinya dari seseorang yang ditakdirkan Tuhan. Jika anda mengizinkan apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain membuat anda marah, anda sedang mengizinkan mereka untuk mengendalikan anda. Jika anda berkata, " Kamu membuatku sangat marah." Yang anda lakukan sebenarnya adalah mengakui bahwa anda sedang membuang kekuatan anda.

Selama orang tersebut tahu bahwa ia dapat menekan tombol tersebut supaya anda menanggapi seperti itu, anda sedang memberikan kepadanya tepat seperti yang diinginkanya. Orang lain mempunyai hak untuk mengatakan apa yang mereka inginkan, melakukan  apa yang mereka inginkan, selama itu tidak melanggar hukum. Tetapi kita mempunyai hak untuk tidak merasa terhina. Kita mempunyai hak untuk mengabaikannya. Tetapi jika menjadi kecewa dan marah, kita berubah. Yang sedang terjadi bahwa kita sedang memberikan terlalu banyak perhatian pada apa  yang mereka pikirkan/ sangkakan pada kita. Apa yang mereka katakan tentang kita tidak mendefinisikan siapa kita sebenarnya. Karena yang mengerti diri kita adalah diri kita sendiri dan Sang Tuhan.

Pendapat mereka tentang kita tidak menentukan harga diri kita. Biarlah itu memantul dari kita seperti sesuatu yang tidak dapat menempel dalam kehidupan kita. Mereka mempunyai hak untuk mempunyai pendapat mereka sendiri, dan kita mempunyai hak untuk mengabaikannya.

( Tunjung Dhimas Bintoro )
.......... ....,..............................................

Seseorang mempunyai hak untuk mempunyai  pendapatnya sendiri tentang apapun yang dipikirkannya tentang anda, tetapi anda mempunyai hak untuk mengabaikannya.

~ Tunjung Dhimas


Minggu, 14 Januari 2018

Anda Adalah Keajaiban Dari Jutaan Kelahiran

Anda adalah orang yang unik. Anda adalah suatu karya besar. Anda adalah keajaiban yang berharga. Saat pagi membangunkan anda dan memandang ke dalam cermin, daripada merasa depresi, dari pada mengatakan, " Ya, ampun. Lihatlah betapa tuanya aku. Lihatlah rambut uban ini. Lihatlah keriput-keriput ini", Anda perlu tersenyum dan berkata", Selamat pagi, kamu orang yang cantik. Selamat pagi, kamu orang yang tampan. Selamat pagi, sahabat Tuhan Yang Maha Tinggi, yang diberkati, makmur, sejahtera, berhasil, kuat, semangat, berbakat, kreatif, percaya diri, yang merasa aman, disiplin, terfokus, dan sangat dikenan. "Masuklah ke dalam hati anda. Ucapkan dengan seksama.

Memang mudah membujuk diri sendiri untuk  terjatuh dan tidak melanjutkan impian serta tujuan anda. Terlalu banyak orang bersedia menerima keadaan yang biasa-biasa saja. Tetapi kabar baiknya adalah bahwa Tuhan tidak pernah menggugurkan  suatu impian. Kita mungkin sudah melepaskannya. Kita mungkin sudah berhenti mengejar kesempatan yang baru, berhenti percaya bahwa kita akan mengatasi suatu rintangan. Tetapi Tuhan masih bermaksud mewujudkan setiap impian, setiap janji, yang ditaruh-Nya dalam hati anda.

Anda mungkin telah menunda-nunda untuk mengambil langkah pertama selama seminggu, setahun, atau dua puluh lima  tahun, tetapi Tuhan mengatakan, " Belum terlambat untuk memulai." Anda masih dapat menjadi sesuatu yang Tuhan rencanakan untuk  anda. Tetapi anda harus melakukan bagian anda dan pindah dari hal-hal yang menjemukan. Anda tidak  terlalu tua atau terlalu muda. Anda belum kehilangan jendela kesempatan anda. Impian itu masih hidup dalam hati anda.

Sekarang berkatalah " Aku telah membiarkan alasan-alasan yang menahanku cukup lama. Tetapi hari ini, aku akan mengambil langkah Iman untuk mengejar kesempatan-kesempatan yang baru, menyelidiki kegemaran yang baru, mematahkan kebiasaan yang buruk, menyingkirkan cara berpikir yang salah. Aku tahu bahwa belum terlambat untuk mencapai segala sesuatu yang telah ditaruh Tuhan dalam hatiku.

Anda tidak akan lebih mirip Tuhan dibandingkan saat anda menolong orang-orang yang sedang menderita. Salah satu tugas kita dalam hidup adalah menolong orang menghapus air matanya. Apakah anda peka terhadap kebutuhan orang-orang di sekitar anda? Teman-teman anda? Tetangga-tetangga anda? Rekan-rekan kerja anda? Sering dibalik senyum yang manis, di balik pujian hari-hari yang cerah, ada orang yang sedang jatuh menderita. Ia merasa kesepian. Kehidupannya sedang kacau. Saat seorang sedang bergulat dan bergumul batinnya, jangkaulah dia. Jadilah seorang penyembuh. Jadilah seorang pemulih. Ambillah waktu untuk menghapuskan air matanya.

Tugas anda bukanlah untuk menghakimi. Tugas anda bukanlah untuk mencari tahu jika seorang layak mendapatkan sesuatu, atau memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tugas anda adalah mengangkat orang yang jatuh, memulihkan orang yang remuk, dan menyembuhkan luka orang yang menderita. Terlalu sering kita menjadi terfokus pada tujuan kita sendiri, impian kita sendiri, dan bagaimana kita dapat memperoleh mukjizat.

Tetapi saya pernah belajar tentang sesuatu yang lebih penting lagi: saya dapat menjadi mukjizat orang lain. Percayalah ada keajaiban, ada kesembuhan dalam tangan anda. Ada kesembuhan dalam suara anda. Anda adalah wadah yang dipenuhi Tuhan. Sekarang juga anda penuh dengan dorongan semangat, penuh dengan kemurahan, penuh dengan pemulihan, penuh dengan kesembuhan. Ke mana pun anda pergi anda seharusnya menyalurkan kemukjizatan dan kebaikan Tuhan. Anda mungkin telah membuat kesalahan tetapi saya akan memberitahukan anda: Kemurahan Tuhan lebih besar dari kesalahan apapun yang telah anda buat. Anda mungkin telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam kehidupan anda dengan membuat pilihan yang buruk, tetapi saya akan memberitahukan anda bahwa Tuhan masih mempunyai cara untuk membawa anda ke tujuan akhir anda.

Anda mungkin menderita kecanduan sejak anda masih remaj
a. Tetapi saya akan memberitahukan anda bahwa kuasa Tuhan Yang Mahatinggi dapat mematahkan kecanduan apapun dan membebaskan anda. Itulah yang dimaksudkan dengan menyalurkan kebaikan. Anda mengangkat orang yang jatuh. Anda mendorong semangat orang yang putus asa. Anda meluangkan waktu untuk menghapuskan air mata.

Kadang-kadang anda mungkin harus bertukar tempat dengan orang yang sedang menderita itu. Anda harus mau merasa tidak nyaman. Anda mungkin harus kehilangan waktu makan malam untuk dapat menghapus  air mata. Anda mungkin harus bolos berolahraga satu malam untuk dapat  mendorong semangat pasangan suami istri yang sedang bergumul. Anda mungkin harus mengendarai  mobil  ke bagian kota yang lain dan menjemput seorang teman, rekan kerja, saudara, atau siapapun yang kecanduan baper dan bergumul batinnya. Membawanya pergi ke tempat-tempat nyaman. Jika anda ingin hidup sebagai sahabat Tuhan, anda harus mau  berganti tempat dengan orang-orang yang sedang menderita.

(Tunjung Dhimas Bintoro)
…....................................................................

Tahukah anda, selalu ada yang lupa dirinya lalu mengolok-olok Tuhan. Padahal, tanpa Tuhan tak ada napas, tak ada tubuh, tak ada kita.

~ Tunjung Dhimas
…..........…...................  .........  ..........  ..........

Jika kita merasa telah berada pada titik terakhir saat segala usaha apapun sudah dilakukan, maka ketahuilah perubahan besar akan dimulai.

~ Tunjung Dhimas
.................  .........  ................ .......................

Sabtu, 13 Januari 2018

Manusia adalah Rumah segala Ketumpah- ruwahan Semesta

"Kabeh mau mung ngenteni "saat/waktu" iku lungguh sak tibo alange, saat nalikane dadi peteng utawa padang, marga mangelingi yen titah iku kedunungan sifat keliru lan bener ing antaraning segoro minang kolbu". (Sunan Bonang) suluk dikutip ; R.M. Imam Koesoepangat (Guru Besar Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate).

Tidak ada perihal yang mengacu pada satu titik dimana kebenaran itu berhenti mutlak selama manusia menjadi mahluk sosial. Berpikir adalah ciri khas yang dimiliki homo sapiens ini. Seakan manusia menjadi mahluk yang menjadi Wakil Tuhan dengan organ spesial yang dimilikinya tersebut yaitu otak. Beberapa sel dalam otak yang menampung segala proyeksi semesta kemudian di jadikan pesan yang dituangkan menjadi ilmu pengetahuan.

Kemudian perangkat kedua yang lebih spesial  adalah lokus "qolbu" atau hati yang berada di pineal gland, yang merupakan saluran dimana proses kelistrikan canggih teknologi semesta di upgrade-kan pada diri manusia. Dimana lokus ini memiliki kemampuan untuk menangkap segala keseluruhan semesta meliputi wilayah pararel yang lebih kompleks Dan luas hingga melampaui batas linieritas yang dimiliki di otak. Menurut Maclin (2008) Otak hanya mampu menangkap data dari daya cerap panca inderawi semata, sementara panca inderawi sendiri memiliki tingkat error lebih tinggi, yang dipengaruhi lingkungan (gravitasi bumi). Misal telinga dan mata memiliki ketajaman pendengaran dan penglihatan dari beberapa jarak tertentu saja.

Disinilah yang membuat silang sengkarut sistem semesta yang dikelola manusia sebagai semesta kecil. Otak lah yang menjadi tedensi atas segala resiko dalam perjalanan kehidupan manusia termasuk resiko terburuk sekalipun. Otak memiliki result yaitu pikiran, pikiran turut mengambil alih hampir Dari keseluruhan mekanisme mekanika/ gerak pada tubuh manusia. Pikiran adalah Medan perang, pikiran merusak sistem linier manusia   melalui lingkungan (Meyer, 2004).

Pikiran yang melahirkan peperangan (konflik). Kekeliruan yang mendasari pikiran adalah mekanisme sistem semesta yang memisahkan antara gelap-terang, benar-salah, baik-buruk, dan segala bentuk dualisme. Sunaryo menyatakan  bahwa "pola pikir yang akan menentukan hidup manusia akan berjalan mudah atau sulit". Kemudian disempurnakan oleh Sigmund Freud " mindset seseorang menjadi penentu awal apakah mereka mampu mengarungi kehidupan dengan berat atau mudah". Mungkin ini alasan mengapa sebagian wilayah agama menjelaskan bahwa takdir manusia bisa berubah kala dirinya sendiri berusaha untuk merubahnya. Penulis mengansumsikan bahwa takdir itu adalah tampungan pola pikir manusia yang beragam jenis bentuknya.

Sub- sub kebenaran yang menjadi pengetahuan merupakan result dari "pemahaman" manusia yang mampu mengurai segala bentuk-bentuk ketiadaan-keberadaan menjadi konsep-konsep pemikiran yang melahirkan teori implisit. Namun tetap saja memiliki kelemahannya sendiri karena sistem alam terus bergerak. Tetap saja melahirkan aksi-reaksi; sebab-akibat. Jika ada diantara mereka manusia menjadi tokoh diatas dan menemukan kesuksesannya pasti ada pengkritisinya yang selalu berlawanan. Disaat sedang meninggi tentunya sub-dibawahnya akan menariknya ke bawah sebagaimana hukum gravitasi bekerja. Namun inilah keseimbangan sistem semesta yang nyata adanya.

Dalam kajian filsafati, ilmu filsafat mencoba menampung  keberagaman manusia menjadi beberapa jenis berdasarkan watak-karakter manusia sesuai anagram (Sigmund Freud, Ibnu Sina, dan Aristoteles dalam; Rusli Lutan).
Sebagai berikut:

Manusia Sebagai Homo Educandum

Manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan atau “homo educandum “. Manusia dipandang sebagai homo educandum yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena menurut aspek ini nanusia dikategorikan sebagai “animal educabil ” yang sebangsa binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang selain manusia hanya dapat dilakukan dressur (latihan) sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis (tidak berubah).

Perlunya manusia untuk dididik menurut saya terlebih dahulu harus dilihat dari dua segi aspek pendidikan sebagai berikut: “Pertama dari segi pandangan masyarakat dan kedua dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara”. Dari segi pandangan individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Seperti potensi akal, potensi berbahasa, potensi agama dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut harus diusahakan dan dikembangkan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dilihat dari kedua sudut pandangan tersebut di atas, maka manusia perlu sekali diberi pendidikan, karena tanpa pendidikan pewarisan kebudayaan dan pengembangan potensi manusia tak dapat dilakukan dengan sepenuhnya. Di dalam kitab suci Al-qur’an manusia disebut sebagai ahsanu taqwim, yang berarti sebaik-baik bentuk, dan diantara makhluk Tuhan memang manusialah yang paling baik kejadiannya. Terutama yang paling penting bagi manusia yang membedakannya dengan binatang adalah bahwa manusia mempunyai akal.

Berpikir merupakan suatu potensi vital yang dimiliki manusia. Manusia sebagai homo sapien, Animal Symbolicum, Animal Rationale, dan sebagai Hayawatunatiq. Potensi manusia yang dibawa sejak lahir adalah “akal” yang menjadi dasar pokok bagi pengembangan “Needs for Achievement”.
Contohnya: para ahli psikologi menafsirkan bahwa tingkah laku menangis sang bayi pada saat lahir dan dilahirkan ke bumi ini dihubungkan dengan potensi akal dan arah pengembangan. Contoh lainnya; setiap waktu kita mengerjakan kewajiban seperti shalat lima waktu tapi justru shalat itu, belum mampu membendung tingkah laku seseorang untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan a moral atau perbuatan yang melanggar aturan Tuhan. Sehingga nilai shalat tadi yang dikerjakan tidak lebih dari praktek ritual semata. Prilaku manusia yang berakal hilang dengan pengaruh nafsu, nafsu lebih  menguasai akal manusia, yang seharusnya akal mengontrol nafsu itu.

Manusia sebagai HOMO SAPIENS :

Homo SAPIENS adalah mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku, ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.

Manusia sebagiai HOMO SOCIUS:

Manusia sebagai HOMO SOCIUS artinya manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang berkuasa. Manusia bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Dalam masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolong. Dengan tindakan itu, walaupun fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang tujuan-tujuan bermasyarakat dapat dicapai. Jadi pengertian Homo Homini Socio adalah Manusia sebagai makhluk sosial. Adapun ilmu yang mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama sesamanya dinamakan ilmu sosiologi.

Manusia sebagai HOMO RELIGIUS

Artinya manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama. Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemusian lahirlah kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang dipergunakan sebagai pedoman.

Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS:
Artinya manusia berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang tahu akan keindahan. Dari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata bahwa manusia memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada hewan apalagi tumbuhan. Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau tumbuhan.

Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) tidak idle, karena pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan . Jadi pengetahuannya tidak idle, sedemikian rupa terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya. Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.

Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab. Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal yang ghaib.

Manusia sebagai Homo Homini Lupus
Manusia itu serigala bagi manusia lain yang dimaksud dengan Homo Homini Lupus, dalam arti luas manusia orang lain dianggap bukan sesamanya atau sahabatnya melainkan musuhnya. Contoh seperti maraknya penculikan, pembunuhan, mutilasi, premanisme yang mewabah, pencurian maupun tindak kejahatan lainnya dinegara kita ini. Hal tersebut mencerminkan manusia sewaktu-waktu dapat berubah menjadi buas seperti serigala jika dalam dirinya terdapat rasa tidak puas, iri, benci dengan manusia lainnya dikarnakan manusia tersebut malas dan tidak mau berusaha untuk sesuatu yang ia inginkan. Dalam hal ini manusia melakukan tersebut juga karna ambisi dan hawa nafsu yang tidak dilandasi dengan aturan hidup yang benar, sehingga mereka melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam bermasyarakat. Kembali pada lokus "hati-sanubari" ia yang menjalankan peran sebagai pengatur Dan pengontrol otak. Otak menjadi pemimpin dalam mekanisme ketubuhan bergerak manusia dengan produk result pikiran. Namun "hati-sanubari" lebih memiliki peran kompleks Dari keseluruhan aktivitas kehidupan pribadi, selain jadi pengontrol, pengatur, ia sebagai penasehat serta penanggung jawab atas segala kosekuen otak-pikiran. Dengan perangkat rasa sejati dan sistem spirit hati sanubari membuat segalanya tertampung menjadi satu. Menyimpan pesan kebenaran mutlak yang menjadi pohon kebenaran yang berbuah sub-sub kebenaran. Penulis membuat kerangka teori tentang  Sub-Kebenaran yang menghasilkan beberapa produk result pemikiran manusia diantaranya; Standart moral, etika, estetika, religious, adat-berbudaya, dan pengetauan (science). => Sub-kebenaran di level 1. Kemudian produk-produk tersebut dianalisa lebih kompleks dengan pemantapan pemikiran yang lebih terbuka, pemahaman, penghayatan, permenungan melibatkan pikiran dan hati sanubari  yang memandang kekeliruan dan ketepatan itu sama, tidak memihak "bahwa sistem semesta tetaplah sistem yang bergerak sesuai jalurnya" tak ada yang turut andil ego manusia di dalamnya. Yang menghasilkan produk spiritual terarah, tepat guna, sesuai pengkondisian dan kapasitasnya masing-masing.  (Tunjung Dhimas, 2017).

Pohon kebenaran adalah kebenaran mutlak tidak memihak memiliki perangkat yang dimeta-subkan menjadi kasih dan cinta. Yang melahirkan perdamaian dan kedamaian. Bertubuh kebijaksanaan dan kebersahajaan. Pohon kebenaran mampu hanya bisa di raba dengan sinkronitas pikiran yang menduduki wilayah, logika dan penalaran yang kongkrit serta adekuat, serta hati-sanubari yang menduduki wilayah spirit, permenungan, penghayatan dari keseluruhan bentuk-bentuk rangka dan suasana jagad gumelar. (Tunjung Dhimas, 2017).

Penulis mencoba mencari titik temu antara berbagai bentuk-bentuk konsep teoritis, terstruktur yang menjadi pohon dasar intelektualitas dan teori yang didasari pengalaman dan pengamalan mandiri pribadi diluar meta-akademis. Dan merumuskan bahwa sub-kebenaran dimunculkan dari segala bentuk pemikiran manusia dalam satu dekade  yang kemungkinan bisa absurd digilas gulungan ruang-waktu. Sub-kebenaran diperluas dengan proses pengalaman pribadi dan pengamalan dari warisan leluhur sebelumnya Dari sebuah manuskrip/ kitab/ teks tertentu. Dan menarik konklusi bahwa untuk mencapai kebenaran mutlak atau pohon kebenaran secara teori sebagai berikut: karakter DNA + proses  pembentukan kepribadian dan kecerdasan Dari lingkungan menghasilkan "Pemahaman dan pendewasaan". Teori mutasi 1. Kemudian di turunkan; pemikiran + sains (penemuan) = moral ; moral + keyakinan = religi, mengarah pada persetujuan dan mufakat bersama. Dalam bidang eksata 1+1 = 2 adalah persetujuan dan mufakat.  Disini sub-kebenaran lahir menjadi kebutuhan kohern manusia bersosial (bersama). Jadi kepastian masih bisa digeser.

Teori mutasi 2, DNA + Pendidikan + pengalaman+ pengamalan+ penghayatan+ permenungan+ ketekunan mengelola keyakinan yang terus bergerak dalam implementasi pemahaman atas penemuan-penemuan pesan semesta = mendekati kebenaran mutlak / pohon kebenaran. Kazanah pengayaan ini bersifat pribadi tidak bersama-sama. Jadi sebagai pribadi sebenarnya manusia sudah di takar kepribadiannya oleh sang Maha Mempribadi. Dan penulis berhenti sampai disini, karena ingat  keterbatasan penulis sebagai pribadi, dan menyadari bahwa yang mempribadi telah merawat, meruwat, menumpah pada rumah-Nya yaitu kita manusia. Dan mengijinkan setiap daripada rumah tersebut menemukan kecemerlangan desainnya dengan pola-polanya sendiri yang maha tanpa batas.

Jadi kita hanya bisa menjadi pengatur atas diri kita sendiri, bila bersyukur itu  nikmat kenapa tidak? Jika semua kita telah mengerti kapan peran diturunkan pada kita, kapan gelap-terang hadir dalam kita, kenapa justru membuat kita cemas dan kawatir. Tak ada yang mutlak selama kita hidup, yang mutlak adalah "Sang Kehidupa n" itu sendiri. Biarkan semua peran menghapiri kita, cemas, rindu, hancur, duka, dan lain sebagainya. Tetap konsisten pada pesan yang kita dapatkan dari pola perjalanan hidup kita masing-masing. Untuk hamemayu hayuning bawono. Dengan kesadaran kita masing-masing. Dalam tubuh jasad hidup aku manusia bersosial butuh makan untuk hidup, butuh teman untuk berjalan, butuh Tuhan untuk sandaran. Dalam tubuh kehidupan spirit aku mempribadi dengan ke-utuh-an, datang dalam jagad gumelar kehidupan sendiri, pulang pada kematianpun akan sendiri-sendiri. Dalam jasad hidup bersama kita hanya boleh saling mengantarkan pada gerbang kehidupan dan kematian dengan berbagai macam pengajaran kaweruh dan pengalaman masing-masing. Sisanya kita tempuh sendiri-sendiri secara pribadi. Setelah pintu gerbang itu kita temukan dengan laku. Dan itulah penyaksianku dan penyaksianmu. Sampailah kita pada lembah serupa tapi tak sama, berbeda tetap satu jua. Kembali pada sangkan paran.

.....…...........................................................

Manusia adalah mahluk yang terbatas pada sub-kebenaran, yang berada antara milyaran kebenaran yang menyamudera dalam kehidupan yang digelar.

~ Tunjung Dhimas
.…....….........................................................

(Tunjung Dhimas Bintoro)

Sumber:

Darsono, J. 1964. Mukadimah Persaudaraan Setia Hati Terate. Arsip Cabang Psht Surabaya.

Lutan, Rusli. 2002. Pengantar Ilmu Filsafat . Jakarta.

Maclin, Kimberly. 2008. Psikologi Kompleks: pola karakter Dasar. New York.

Meyer, Joyce . 2011. Pikiran Medan Perang. Immanuel Book Store: Jakarta.

Bintoro, T., D. 2017. Asumsi Teori Sub-Kebenaran dan Pohon Kebenaran. Artikel tidak dipublikasikan.

Hidup untuk Berkarya

Memang benar, tapi karya yang seperti apa yang kamu maksud? Setiap hari aku menulis bukankah itu karya. Setiap orang telah berkarya dalam kehidupannya masing-masing. Mungkin kamu hanya sedang sibuk mendermakan dirimu sendiri mencipta karya sesuai asumsimu.

Mungkin bagimu karya adalah kemeriahan yang dibalut pujian dan kemeriahan, atau taburan hujan rupiah?. Tidak.., dalam bahasa estetika kamu belum lulus. Karya itu adalah keindahan tidak bersifat baik atau buruk. Karya itu dedikasi tolak ukur diri mencapai kepuasan batin. Entah duka entah Lara entah bahagia. Dalam bahasa etika kamu masih memihak.

Bagi sekelompok orang, karya adalah yang menghasilkan pujian, dan setumpuk penghargaan, sisanya dimanfaatkan atau bermanfaat bagi orang lain. Boleh asalkan kamu puas! Tapi bagiku karya adalah jalan menuju kepuasan batin tersendiri. Melampaui dulu bentuk penghargaan, pujian, bahkan rupiah. Jikapun itu sempat  hadir bagiku itu hanya sebagian kecil dari dedikasi usaha juangku.

Berkarya adalah kebenaran dalam pencapaian masing-masing menuju kemaslahatan batin baru kebermanfaatannya bagi orang lain. Kebenaran tidak selalu indah dan baik namun apa adanya. Jangan kawatir setiap hari-hari anda semua sudah berkarya. Dengan apapun yang anda jalani dan lakukan saat ini. Bila masih keliru ya diperbaiki. Intinya kepuasan batin puncaknya. Bukan keliru karena dipaksa harus ikut ini itu.

Jangan kawatir berkarya itu luas maknanya. Lihatlah penjahat, pelacur, tokoh agama penipu, kyai penumpuk santri, pastor pemikat jemaat, semua adalah karya  Tuhan Penciptamu. Lalu kamu masih kawatir dengan karya dan dirimu Sekarang?. Temukan karyamu lalu jalani peranmu. Yang penting menjadi kebenaran bukan kebaikan dahulu karena kita berada pada dua sisi gelap terang.

Mau jadi terang atau gelap yang jelas itu sesuai kemanusiaanmu dan Tuhanmu. Kalau masih bingung  jangan ikuti tulisanku. Ini karyaku ini olah batinku.

Mungkin sudah kelewat batas saat tulisanku hanya dipandang sekilas. Menulis itu seni, bebas, dan tanpa batas. Bukan ilmu akademis yang berakhir dengan nilai UAS.

~ Tunjung Dhimas

Senin, 08 Januari 2018

Hemat

Pola hidup "hemat", adalah perkerjaan yang mudah saat pekerjaan dicari susah.

Kerja, kerja, dan kerja untuk apa untuk cari uang dan kemudian membuangnya. Bekerja itu susah, nyari uang itu susah. Stress kesana kemari nyari kerjaan untuk dapetin yang namanya uang.  Ada satu pekerjaan yang menurut saya mudah yaitu menerapkan pola hidup "hemat". Bagaimana kalau dikatain pelit, padahal kita harus suka memberi. Tidak itu hanya celotehan manusia belajar hidup saja. Hemat adalah menahan diri dari hasrat liar yang berlebihan, ambisi yang berlebihan, keinginan-keinginan yang berlebihan.

Berhemat adalah pekerjaan yang mudah di temui, tidak ditekan lembaga instansi, tidak begitu berat juga bebannya. Jika mencari pekerjaan sulit, padahal ketika kita bekerja tentu banyak yang masih menerapkan pola hidup boros apa susahnya kalau diganti dengan produk hidup hemat ini.  Sebagai bisnis sampingan. Pola hemat ini melatih diri agar mengelola hasrat menjadi lebih teratur, tepat guna, dan efisiensi dalam pemanfaatan kususnya dalam mengelola kebutuhan materi (sandang, pangan, papan). Namun bilamana manfaat itu muncul dari beberapa pengadaan diri dalam memenuhi ukuran masing-masing, maka hemat itu seperti "hari ini saya pergi ke mol, saya punya uang 500 ribu, teman mengajak saya beli baju seharga 320 ribu. Sementara saya sedang nyidam beli buku seharga 120 ribu.

Kemudian saya berpikir ulang tentang diri saya,  apa yang betul-betul saya butuhkan? Dan jika di proyeksikan dengan ukuran dan tipe pola saya, buku lebih murah dari baju, buku juga lebih bermanfaat dari baju bagi saya, beli buku tak kalah mewahnya dengan beli baju mewah saat nge-mol gini. Memang buku dan baju adalah sama-sama kebutuhan, dan keduanya adalah karya yang harus di nilai dan di apresiasi. Tapi kapasitas saya, menganalisa buku adalah teman pikiran, buku adalah karya yang tak pernah usang, dijual lebih murahpun tapi manfaatnya akan terus tumbuh dan hidup. Sementara baju hanya menjadi kebutuhan utama, dan keduanya adalah gaya mode penampilan. Sementara buku adalah keistimewaan, bisa menjadi kebutuhan utama saat pengetahuan adalah emas, bisa jadi gaya hidup yang mewah, tak ada penulis dan pembaca yang tidak mewah dan keren. Nah makanya, nikmat Tuhan mana yang kau dustakan? Saat belajar menemukan pola hematmu? Aku menemukan pola hematku hari ini.

Sama-sama sering jalan-jalan, berpetualang, nge-mol, tapi tetep efisien karena paling mentok beli buku-buku dan kentang goreng tambah kopi late. Tetep glamourkan? Saat dianggap boros tapi aku kaya dengan karya-karya tulisan buku-buku. Saat aku terus bertumbuh buku-buku yang kubeli menjadi warisan pengetahuan anak cucuku, buku lapuk namun pengetahuan mengkazanahi pikiranku. Sementara baju-baju sudah usang berlalu.  Jadi hemat itu berkat, hemat itu tepat, hemat itu mengurangi mudharat. Ingat pekerjaan paling mudah itu berhemat, saat banyak yang teriak susahnya nyari kerja dan duit. Selamat semoga kita tetap bermaslahat...

~ Tunjung Dhimas

Bersuka Citalah (Kamu bukan kendali atas dirimu secara penuh)

Setiap manusia, memiliki karakteristik dasar yang berbeda-beda. Jangan meletakan "harapan" pada manusia sekalipun ia kau lihat, kau anggap orang hebat-guru spiritual dan apapun indentitas latar belakangnya. Karena mereka tetap manusia yang berpotensi menyakiti, dan kitapun berpotensi tersakiti. Sebagai manusia yang di warisi hasrat-perasaan oleh Sang Gembala.

Kita hanya diberi kuasa saling menghormati-menghargai saja. Tidak ada teman spiritual yang ada hanya teman sosial. Teman sejati hanyalah diri sendiri dan kebenaran. Sementara Kebenaran itu hadir melalui apapun dan siapapun. Ketika kebenaran itu kita ambil dari seorang Guru-pembimbing maka ambil itu sesuai porsi tepat guna.

Tidak perlu berkecamuk dengan apa yang dilakukan guru/ manusia pemberi ajaran tersebut entah dia mengaplikasikan atau tidak ajaranya, pada sikap dan tutur tindakannya mengingat iapun manusia yang mutlak diikuti syarat keterbatasan. Itu hanya menyakiti diri kita karena kemelekatan mengganggap guru-panutan harus menjadi yang kita paksakan sesuai sudut pandangan kita. Padahal semua itu tidak ada ukuran standart idealnya-cuma anggapan kita saja sebagai manusia yang suka melabeli sudut pandangan.

Letakan harapanmu pada Tuhan bukan manusia, karena ia tak akan membuatmu kecewa. Tanamkan itu dalam hatimu karena ia akan merawat-Nya hingga bertumbuh menjadi pohon iman yang berbuah lebat kebijaksanaan. Sehingga segala bentuk duka-sukacita, baik-buruk kita pandang sama. Jangan bunuh harapanmu dengan merasa bahwa dirimu adalah Tuhan.

Kita bukan Tuhan. Kita mahluk yang penuh keterbatasan. Kita hanya dipakai Tuhan. Biarkan segala tutur, tindakan, sikapmu dipakai Tuhan. Ia telah mempersiapkan kita sesuai kapasitas, talenta, keunikan kita. Jangan takut apapun. Perang terbaik adalah melawan rasa takut dan menebar kesukacitaan. Jangan mengeluh Tuhan bersama kita. Tidak mengeluh perdetik adalah ivestasi masadepan yang penuh hikmat kesukacitaan.

Serupa tak sama, ketiadaanpun mengada karena kita mengijinkannya untuk "terjadi" berdasarkan kesepakatan bersama. Tuhan telah berkata pada dirimu bahwa dia ada, dirimu sendiri yang menjadi saksi melalui detak-jantungmu sendiri. Kita kekasih dari Sang Maha Kasih, berjalan bersamanya, tumbuh bersamanya, jangan nestapa difakirkan cinta. Karena ia mencintai manusia yang mengijinkan Tuhan untuk mengambil alih kedudukan hati hambanya yang sering lapuk dan berkarat.

Ketika aku bertutur, membuatmu nyaman, dan teduh maka itu bukan pekikan suaraku, melainkan Tuhan bebicara padamu melalui pita suaraku.  Jangan lantas jatuhkan harapan dan hatimu pada aku. Bisa jadi besok atau lusa aku mengecewakanmu. Karena aku bukan tempatmu melakukan apapun yang kau anggapi.

~ Tunjung Dhimas

Rabu, 03 Januari 2018

Nafsu

Jadi soal nafsu itu begini. Bukan kok tidak boleh bernafsu, malahan nafsu itu dikaruniakan bagi manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Bahkan nafsu ada dalam daftar kebutuhan pokok kehidupan. Yaitu makan, tidur dan sex itu semua adalah nafsu. Akan tetapi manusialah yang harus mahir dalam mengendalikan nafsunya, bukan nafsu yang mengendalikan manusianya. Ibarat naik kuda bukan kita yang nurut kemana arah kuda berlari, melainkan kita yang mengendalikan kuda untuk berlari kearah yang kita kehendaki.

Sama halnya dengan makan, tidur dan sex. Bukan kok tidak boleh makan hanya saja jangan makan yang berlebihan dan sembarangan. Pilihlah makanan yang sehat untuk menjaga badan. Bukan kok tidak boleh tidur hanya saja jangan sampai mengurangi produktifitas kerja dan menghabiskan waktu seharian karena itu sangat merugikan.

Bukan kok tidak boleh sex hanya saja harus dilakukan dalam payung norma dan moral yang telah ada, itupun juga tidak boleh berlebihan. Bukan mentang-mentang sudah punya ikatan resmi lalu sepuasnya melakukannya, karena sekalilagi itu nafsu jadi jangan berlebihan juga. Harus di tempatkan sesuai proporsinya.

Bukankah meskipun ketika buka puasa kita tetap dianjurkan untuk berhenti makan sebelum kenyang? Nah rule yang sama juga berlaku untuk semua nafsu termasuk tidur dan sex. Tetap harus di kontrol agar nafsu tunduk pada kita. Selalu ingat bahwa kita adalah penunggang kuda. Kitalah yang harus pandai-pandai dalam mengendalikan kuda, bukan malah kuda yang jadi pengendali utama.

(Surabaya penunggang kuda)
28 Desember 2017
~ Saila Atmaredja

Iling (Sadar Diri)

Setidaknya setiap orang tidak bisa terlepas pada tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Terlepas ia ingat, setengah lupa, atau lupa sama sekali. Karena takdir kedepan ditentukan oleh pilihan hari ini. Konsekwensi atas hari ini diciptakan oleh hari kemarin. Oleh karenanya selalu iling (sadar diri) dalam membuat setiap keputusan. Selalu iling bahwa apa yang terjadi hari ini adalah buah dari pohon yang ditanam kemarin.

Sak bejo-bejoning wong sing lali, isih bejo wong sing eling. Artinya seuntung-untungnya manusia yang lupa diri, tidak mungkin dia akan lebih untung daripada orang yang sadar diri. Sadar diri bukanlah lawan kata pingsan. Sadar diri artinya menyadari diri seutuhnya. Sadar bahwasanya ia punya banyak pilihan, namun ia menyadari seutuhnya bahwa ia sedang memilih. Sadar atas apa yang dipilih, dan sadar atas konsekuensi pilihan yang telah dipilih.

~ Saila Atmaredja
Surabaya 03/01/2018

Senin, 01 Januari 2018

Menikah

Menikah adalah wadah dari, pengelolaan "seks" / kamasutra yang merupakan tujuan dari prosesi kehidupan manusia secara umum. Menikah adalah proyeksi sakral dari hukum penataan letak an penurunan wahyu wiji sejati (benih manusia) dalam siklus cakra manggilingan atau penyampaian pesan-pesan atau data-data (karma baik/ buruk / woh pakarti) lintas generasi. Kesakralan menikah adalah tertuangnya ikrar janji sebagaimana manusia akan kembali pada "kesatuan tunggal" dengan Sang Esensi. Yang menuangkannya pada dua maniefesto kesakralan yang tertuang pada prosesi "njimak dan mbubak". Njimak dan mbubak adalah sanggeman mutlak dalam hakikat pernikahan.

Mbubak

Mbubak adalah tujuan Sangkan Paran. Mbubak adalah ritual menurunkan wiji sejati manusia melalui "mantu kembar mayang" atau melepas sang anak melalui menikahkan mereka sebagai tujuan manusia yang paling terakhir dalam perjalanan hidupnya sebelum menua dan mati. Mbubak ini ritual gayuh wahyu (menjemput wahyu) yang dititipkan pada sang anak yang sudah menikah dan berganti menjadi orang tua selanjutnya. Yang terlambang pada cikal -bakal pohon pisang dan kelapa yang menunduk ke tanah. Inilah yang disebut wahyu turun temurun. Yang diwariskan melalui mbubak seserahan, dan njimak menggumpulnya air mani sebagai ruh ilafi dan segumpal darah sebagai ruh jasmani mencipta wujud benih manusia berwujud jabang bayi. Yang keduanya diwadahi dalam upacara pernikahan.

Njimak adalah ritual persetubuhan/ penyatuan (Kama Sutra).

Kama Sutra (Sanskerta: kama, yang berarti keinginan, hasrat, cinta atau nafsu) dan  sutra, yang berarti benang atau rangkaian) adalah rangkaian dari adegan hasrat dalam hubungan seksual. Ada sebagian orang yang mendifinisikan Kama Sutra sebagai tali atau benang pengikat dalam percintaan. Kama (batara Kamajaya) juga merupakan lambang dari dewa percintaan, seperti yang dikenal dalam cerita Kamajaya-Ratih (dewi Kamaratih). Kesadaran saya menemukan kasunyatan bahwa kama sutra adalah bentuk penyembahan pada Tuhan.

Seperti dalam suluk tambang raras dinyatakan bahwa "bertemu Tuhan itu candu dan lelap seperti nikmat segama yang membuat kita lupa dari dataran hasrat yang menumpah menjadi proyeksi penyatuan atas dualitas". Kama sutra merupakan kejumbuhan (bentuk lain dari penyatuan). Prosesi dimana penyatuan itu menghasilkan konstelasi kemenyatuan yang menyipta gatra untuk terjadinya pengejawantahan. Hukum kausalitas alam raya terbentuk dari partikel satu dengan partikel lainnya yang memiliki sifat saling mengisi satu sama lain (ini saya pahami juga sebagai bentuk persetubuhan). Presisinya bila diturunkan pada hukum  kesadaran manusia (semesta kecil) manusia terbentuk dari manusia lain yang memiliki sifat saling melengkapi satu sama lain (karakter energi feninin -maskulin).

Bedanya manusia ini diwarisi norma - norma standart moral yang terbentuk dari reduksi data panca inderawinya yang terbatas. Terselubung oleh pikiran yang menghasilkan pembatasan akan prosesnya menjalani hidup (melahirkan adat, moral, hukum agamawi). Orang jawa menyatakan dengan ucapan pager ayu dan poros ijo. Sebagaimana menakar pemahaman kama sutra yang dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat semata tentu berbeda jika dilakukan dengan kesadaran  (mengurai bahwa kama sutra itu lebih utama dilakukan atas budhi ; dilakukan untuk menyalurkan energi yang selaras, menemukan jodoh, mendapatkan putra, dan menerima wahyu jiwa suci dan tua yang perlu jalan untuk hadir di bumi kembali karena misi) otomatis inilah yang menyatakan kamasutra adalah "Keu- Tuhan".

Dalam serat centini kama sutra di jabarkan bagaimana posisi, waktu, dan mantranya. Itu merupakan proyeksi sakral bahwa kama sutra adalah bentuk lain dari sembah dan asal usul manusia secara kasunyatan. Mengingat energi kama sutra bila tak disalurkan memicu seorang pecinta bisa menjadi pemerkosa (perusak). Karena terbendungnya energi memicu tekanan jiwa (psikologis).

Menikah sejatinya ada 4 patrap.

Menikah pertama adalah kemesraan cinta Tuhan dan manusia jadi menjaga kebaktian dan kesetiaan sang mahluk kepada Gembalanya adalah pernikahan.  Menikah kedua adalah manusia dengan alam (jadi mengotori sungai, menggunduli hutan, dll ) juga mencinderai kecintaan dan kemesraan pernikahan. Menikah ke tiga adalah manusia dengan manusia yang berlawanan jenis secara pribadi/ picisan (feminim-maskulin) sebagai jalan kasampurnaan dalam mengelola proses pematangan jiwa melalui pembelajaran mengelola hasrat/ nafsu menjadikanya budi pakarti. Sementara menikah ke empat adalah menikah dengan kesosialan antar manusia, merawat hukum moral berbudi dengan sesama, seperti contoh kemesraan pemimpin dan rakyatnya saling asih asuh dan handarbeni. Bentuk pengorbanan dalam pernikahan adalah melakukan dharma kebaikan berdasarkan empat patrap tersebut sebagai laku keprihatinan. Berbuat baik dan melakukan jatah anda dengan landasan dharma akan mempermudah generasi kehidupan setelah anda. Jika tidak untuk jalur sesama manusia lain , setidaknya memberikan kemudahan pada jalur keturunan masing-masing pada anak cucunya kelak dan inilah wohing pakarti. Mungkin anda melihat seseorang atau anda mengalami sendiri ketika seseorang yang awalnya biasa saja bisa menjadi orang yang sukses. Itu bisa jadi di masa kehidupan sebelumnya mbah buyutnya ada yang melakukan empat patrap pernikahan seperti suka memberi, menolong orang lain saat diri sendiri dalam kesusahan, suka tirakat untuk merawat Kesetiaan pada Sang Gusti/ Tuhan. Percaya atau tidak namun fakta kongkritnya seperti itu. Mau bertindak berdasarkan hukum pernikahan sebagai azas ketuhanan dan perikemanusiaan atau keluar garis monggo resiko tanggung anak putu, eh keliru resiko tanggung penumpang hihi.

Rahayu ...

~ Tunjung Dhimas

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...