(Visi Spiritual Kekinian)
Laju zaman terus mengganti masa ke masa yang baru, melahirkan beragam sejarah yang ditinggalkanya. Kita sering terjebak oleh kerumunan lingkaran gravitasi milenial yang perlahan mendistorsi kepekaan kita terhadap manusia serta kelangsungan ekosistem alam. Kecepatan perputaran tersebut mengubah secara drastis kecerdasan pikiran kita lebih maju 20 kalilipat. Menjadikan semua serba instan, menenggelamkan tanggung jawab atas mandat dari setiap kita. Kita dibentuk oleh zaman ini seperti mode virtual, canggih, energik, cerdas, serta menakjubkan seakan kita memang mahluk yang benar-benar sempurna dalam sejarah penciptaan.
Ketika ber-Tuhan di jadikan trend-center masa kini, justru hal itu menjadi selubung manusia milenial melakukan tindakan yang disharmonis yang jauh dari visi spiritual manusia yang berasaskan ketuhanan. Kehilangan kemampuan serta kepekaan menjadi seorang khalifah. Rupanya kecerdasan instan kreasi zaman membuat mereka lebih rentan serta rapuh, karena visi hidup luntur oleh kemerlapan serta kemegahan pernak-pernik zaman. Saya akan bertanya pada anda, bahkan hal ini sering saya lakukan untuk diri saya sendiri, apakah sebenarnya alasan kita hidup di dunia ini? Apa yang menjadi visi kita? Benarkah, memang setiap dari kita adalah pemimpin (khalifah) ?
Jiwa kita berevolusi dari sungai roh yang berawal dari portal waktu, hingga menuju kepadatan alam kebumian ini, sampailah kita pada tubuh raga sebagai penyempurnaan dari bentuk kita. Sebagai dasar eksistensi kita hidup di bumi. Sementara saya percaya mandat dari pemerintah jiwa kita (sang gusti/ immortal) menerakan data serta diperlengkapkan talenta kita untuk menjalani peran dan misi di kehidupan ini. Saya percaya setiap kita memang sejatinya adalah pemimpin, kita hanya perlu merenungi ulang secara mendalam alasan atas hidup kita serta visi apa yang diperuntukan pada kita untuk menjadi seorang pemimpin di muka bumi.
Ber-Tuhan, bagi saya bukan trend-Mode saja. Ber-Tuhan adalah proses menemukan serta re-call (mengingat ulang mandat untuk bekal menjalani peran) dalam kehidupan setiap kita. Mungkin ada banyak kehancuran dimuka bumi sebagai pelengkap keseimbangan. Namun hal itu justru dimulai dari sebagian dari jiwa-jiwa yang kehilangan jati diri-nya. Saya tidak bermaksud untuk merubah naskah tersebut, namun hanya memberitahukan bahwa anda harus temukan alasan anda hidup, setidaknya untuk menyempurnakan peran anda. Saya memicu jiwa-jiwa agung untuk kembali berkesadaran untuk mengerjakan proyek daripada hukum keseimbangan tersebut. Sementara bagi jiwa yang masih belia serta sebagian yang masih berada pada cengkraman ruh kegelapan (iblis) yang bertindak secara disharmonis, kita yang mulai terpanggil mengingat peran kita sebagai penjaga bumi, kita yang harus menghalau serta mengantarkan mereka pada jalan evolusi mereka berikutnya.
Kita akan tetap belajar dan belajar dalam lembah kehidupan, mungkin sebagian anda telah/ pernah melakukan tindakan disharmonis dalam kehidupan, saya katakan mulai sekarang hentikan, belum terlambat membawa pertobatan/ pemulihan energi pada Tuhan anda . Saya akan bercerita pada anda, ada seorang teman saya kepala universitas ternama/ rektor. Saat diberikan kekuasaan serta jabatan ia tidak menggunakannya dengan semestinya, justru kesempatan itu beliau gunakan untuk melakukan korupsi. Akhirnya keapesan diterimanya, beliau diturunkan jabatan serta dipindah tugaskan. Beliau sharing pada saya "Tunjung, saya menyesal melakukan hal itu, Tuhan masih memberi kesempatan hingga saya tak sampai dipecat, kini saya sadar resiko mengikuti nafsu keserakahan" katanya. Saya menjawab" Bapak telah belajar, itu hikmah serta keuntungan berharganya, turun jabatan adalah bayaran anda dari resiko yang anda lakukan, tak mengapa, tak ada yang terlambat untuk Tuhan".
Saya tekankan pada anda, tak ada yang terlambat dalam Tuhan. Tuhan adalah Bapa/ rumah untuk setiap jiwa pulang untuk dibahkan serta dipulihkan dari perkara-perkara dunia yang absurd serta menyakitkan sebagai media pembelajaran. Renungi ulang setiap anda akan bertindak ataupun setelah bertindak. Jangan korupsi. Kata saya. Sekarang bagi anda yang di beri mandat memimpin serta kekuasaan jangan pernah sekali-kali korupsi. Ingat umur anda, ingat anak-anak anda. Mungkin anda bisa melakukannya dengan menumpuk hasil uang korupsi pada sisa umur anda. Namun anda meresikokan diri anda sendiri, membuatkan neraka anda sendiri melalui anak cucu anda, mereka akan menanggung beban dicap sebagai anak koruptor sepanjang usianya. Setelah matipun jiwa anda tidak akan pernah tenang.
Mungkin anda pernah melakukan penipuan, sehingga anda tidak dipercaya orang lagi, membuat rejeki anda macet selama lima tahun. Sehingga mempersulit hidup anda. Atau mungkin seorang pria yang tidur dua tahun di sofa, karena istrinya tak mau lagi ditidurinya, karena ia pernah ketahuan selingkuh. Jalani bayar semua itu sebagai pembelajarannya. Mungkin Tuhan selalu siap kapanpun menantikan anda, menerima anda kembali dalam rumah- Kasih-Nya. Tapi ingat hukum semesta dalam kemanusiaan tetap harus anda jalani anda bayar karma jangka pendek itu. Lebih baik daripada setelah anda mati. Karena tidak menghambat perjalanan jiwa anda kelak. Inilah belajar patuh pada Tuhan dan tatanan semesta, inilah proses berkesadaran. Atau istilah lainnya anda tau-diri. Nikmati proses membayar itu, jalani bersama pembaruan bersama Tuhan. Saat istri tidak mau lagi ditiduri, serahkan pada Tuhan. Tidurlah disofa hingga hukum itu selesai dan Tuhan mengembalikannya pada anda. Ini juga bentuk tirakat-meditasi anda.
Inilah tata letak guna visi spiritual. Daya Tuhan dalam diri anda is able/ mampu memulihkan, mengembalikan, menyembuhkan. Ketahuilah mungkin kehilangan sahabat, atau seseorang yang anda cintai karena pernah merasa anda tipu serta dkhianati, lebih merugi besar dari pada kehilangan warisan emas satu gunung. Namun daya kuasa Tuhan mampu mengembalikannya, memulihkannya. Energi positif itu akan tervibrasi pada mereka. Inilah utamanya anda berkesadaran serta menemukan visi-serta alasan anda hidup. Serta mengelolanya dengan benar-semestinya.
Saya beritahu anda, ketika anda kesulitan dalam proses meditatif mencari akan Tuhan. Sederhanakan hal itu. Tuhan sangat dekat sekali. Cukup lihat mata orang-orang yang anda kasihi, anak-anak anda, ibu, ayah, istri, suami anda. Masuk lebih dalam lagi melalui binar-binar mata tersebut. Jangan rusak mereka, berkati kasihi mereka. Jangan melakukan hal yang menuai kerusakan parah pada masa depan anak-cucu anda. Remember, God inside them. Tuhan berada di sana. Ingsun yo shiro-shiro yo ingsun, merusak mereka sama halnya anda merusak-serta menganiaya diri anda sendiri. Temukan alasan anda hidup, dan ini salah satunya.
Anda dan kita semua khalifah/ pemimpin, dalam diri sendiri, Keluarga, pekerjaan, organisasi, hingga semesta Agung. Perempuan serta pria sama, kita sama-sama memiliki daulat menjadi pemimpin. Bila pria dengan segenap kekuatan tubuh fisik penalaran, wanita juga diperlengkapi perasaan lembut, bijak, keibuaan. Semuanya berimplikasi sama, wanita hasil patahan rusuk pria, namun pria juga berasal dari rahim wanita. Kita semua setara menjadi khalifah, pria bisa berperan mengerjakan tugas wanita; nyuci piring, buatin susu anak, mengganti popok bayi. Wanitapun sama bisa mengerjakan tugas pria; memimpin di kantor, nyervis mobil , DLL. Nothing is impossible.
Jadi, semua harus anda pahami. Bahwa alasan itu melandasi anda hidup, sebagai khalifah atau pimpinan yang baik. Visi spiritual meramu kesadaran dari dalam hingga luar. Sebagai pemimpin di era kekinian kita hendaknya, pertama able; mampu melaksanakan tanggung jawab setiap daripada tugas kita masing-masing berdasarkan level serta kapabilitas. Kedua, Communicable; mengkomunikasikan pada mereka yang kita pimpin, beri alasan mengapa kita layak memimpin serta mereka mempercayakan kita. Instruksikan serta, mentori mereka, dampingi semampu kita. Seperti layaknya pemimpin dalam bisnis kita harus berani terjun ambil peran langsung hingga mencapai visi bersama yang jelas. Lakukan itu dalam diri, keluarga, kelompok, atau masyarakat, antar mereka dalam pencerahan pembaharuan untuk berdikari dalam kesadaran. Ketiga vulnerable; rentan, disini maksudnya kita menyadari bahwa kita adalah manusia yang rentan kelemahan serta kesalahan, jadi terima kritikan, atau terima mereka yang sebagian tidak menyukai cara kita, pikiran kita, bahkan ke-eksisan kita. Tak mengapa memang akan selalu begitu kasunyatannya. Inilah yang membuat kita justru terus belajar, bersabar, mawas, cerdas, trengginas, tanggap, tagon, matang secara jiwa. Dan membuktikan kita lulus sebagai khalifah di bumi.
............ ......... ..................... .................
Things are impermanent, they wear out and are lost;
relationship is constant friction and death awaits;
ideas and beliefs have no stability, no permanency.
We seek happiness in them and yet do not realize their immpermanency.
So sorrow becomes our constant companion and overcoming it our problem. Because we are great leader by universe.
~ Tunjung Dhimas Bintoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar