Dapatkan visi spiritual yang tepat dari Tuhan, kita harus menyadari bahwa kita hidup disekeliling orang-orang yang diciptakan dengan pemikiran-pemikiran yang berbeda. Jangan memaksakan untuk menyenangkan orang lain. Seseorang belum benar-benar hidup bila mereka harus menyenangkan orang lain, karena mereka sesungguhnya telah mati karena dijajah spiritualnya. Benih kasih Tuhan pada setiap diri hamba di digersangkan pemikiran yang kerdil.
Kita hidup bukan untuk menyenangkan orang lain. Kita hidup untuk visi Tuhan yang besar, yang tak terjangkau dengan pemikiran manusia. Mengasihilah untuk Tuhan yang menjaga harapan kita masing-masing. Benih kebahagiaan itu pilihan yang sudah ada didalam diri kita. Jadi kita pun menjadi orang lain bagi orang yang merasa ingin dibahagiakan atau disenangkan, sementara visi Tuhan ditinggalkan, dengan memakai visi manusia yang kerdil dan terbatas oleh pikirannya masing-masing. Ingat kita hidup untuk menjalin keintiman dengan Tuhan, orang-orang sekeliling hanya melengkapi keberadaan satu sama lain sebagai kalifah di bumi.
Jadi mulai sekarang terima apa yang memang menjadi fakta keberadaannya. Sehebat apapun anda di muka bumi ini, entah titisan Taresa, Wisnu, Yessus, entah mampu membangkitkan orang mati dihadapan mereka sekalipun, tetap akan ada orang yang membenci, tidak menyukai pikiran, bahkan apa yang seperti anda ingin. Jangan berekpektasi di hadapan manusia, tapi pergilah pada lembah Tuhan yang ada pada setiap berkat dalam dirimu. Apalagi ketika anda mulai muncul menjadi public figure, membenarkan pepatah lama seiring pohon itu tumbuh besar, samakin pula angin menerpanya. Sayapun belajar di ruang itu Sekarang, agar seiring angin itu datang saya kebal tidak mudah masuk angin. Alias dirusak hati saya oleh mereka yang selalu berlawanan dengan saya tersebut.
Saya menyadari sebagai pamong rasa saya sendiri, saya mengingat visi Tuhan, ketika saya melakukan tirakat dan perenungan DOA, beberapa tahun yang lalu. Saya mendengar getaran dari suara tanpa rupa dari relung saya. Suara itu jelas bukan laki-laki ataupun perempuan namun lebih interpersonal. Ia mengatakan " Kau adalah mahluk perjanjian, dengan penciptamu. Ajarkan kasih-Ku melalui kasihmu pada sesamamu, sadar dan sabarlah berada dijalan-Ku. Bahkan ketika kau harus menjadi korban, kehilangan nyamanmu, reputasi, harga diri, materi, bahkan hal yang memalukan sekalipun. Karena engkau adalah kekasih-Ku yang sedang kupakai dan kupersiapkan untuk kehadiratan-Ku, tidak ada yang lain sepertimu. "
Intinya seperti itu suara itu dulu berbahasa jawa, kita lihat dan kupas pesan yang saya bahasakan kedalam bahasa yang lebih universal tersebut. Pro-kontra akan selalu terjadi pada kehidupan kita tapi ketekunan merawat diri di jalan Tuhan adalah pilihan. Tuhan telah menciptakan setiap hamba menjadi kekasih-Nya. Dia mengasihi semua hamba-Nya. Dia menciptakan Tunjung Dhimas dan tak ada stok lain yang mirip atau cadangan lain. Sama pula Dia menciptakan anda semua dengan stok anda ya anda tak ada yang sama atau lainnya. Dan itulah anugerah terbesar kita. Yang masing-masing memiliki talenta dan bakat luar biasa. Jadi biarlah kita menjadi korban dan tumbal Tuhan untuk membawa mereka pada jalan mengenal kasih-Nya. Biarkan mereka menyerang, mengutuk, membenci, mencibir, berbelok jalur, membuat ruang dan berseberangan. Namun tetaplah kita senantiasia mengampuni, mengasihi, mendoakan mereka menuju jalan pencerahannya masing-masing.
Tuhan menginginkan kekasih-Nya belajar dan belajar setia pada hatinya sendiri, mereka pun memiliki jalannya sendiri, kita hanya perlu menegaskan bahwa dalam perbedaan kita tetap saling menjalin hubungan, seperti dalam keluarga ataupun perusahaan kita memiliki penegasan dalam jalin hubungan dan komunikasi, dalam menyelaraskan perbedaan-perbedaan tersebut. Jangan turut menjadi kepahitan namun serahkan diri pada muara kasih yaitu Tuhan atau kealpa Omega dari segala hierarki keberadaan. Tuhan punya rencana dan proyek besar dalam diri kita semua. Dewasa bersama-Nya, memahami keindahan kasih-Nya. Mungkin mereka yang memusuhimu menganggap jalan pikiranmu keliru, sedang berusaha mengakrabkan diri pada kasih Tuhan yang belum nampak pada pemahamannya. Bersabarlah syafaati mereka waktu Tuhan akan merengkuhnya. Mungkin mereka belum lulus mengasihi manusia jadi Tuhan yang akan menjamah dan menggetarkan dirinya dengan Jalan Tuhan sendiri.
Ingat sekali lagi Tuhan punya proyek dan rencana besar pada setiap hamba-Nya. Tuhan mengerti prioritas pada kita, mana yang harus didahulukan atau diutamakan untuk kita. Jadi bersabarlah dalam setiap keadaan anda. Mungkin kita selalu memutuskan bahwa ini salah, Tuhan tidak adil, dan kita kecewa pada diri, Tuhan, dan kehidupan kita. Pernah kita melakukan niat baik menolong seseorang, tapi malah diri kita lebih buruk dari seseorang yang kita tolong, anak kita hancur sekolahnya, masalah keluarga justru menimpa kita. Lalu segera wabah "kekecewaan" menyerang diri kita. Tenanglah, bersabarlah Tuhan belum kelar dalam menyelesaikan proyek dan rencana-Nya pada anda.
Pernah saya menjadi saksi Tuhan mengajarkan saya lewat apa yang saya lihat, saya pernah menghadiri acara pameran lukisan di Surabaya, pada saat itu saya memandangi salah seorang pelukis melukis dengan melemparkan kuas cat pada kanvas yang seakan dilakukan secara tidak teratur dan terkesan asal-asalan. Lalu kanvas itu tampak lebih buruk dari kaidah lukisan biasanya. Segera pikiran saya memutuskan menghakimi pelukis itu, " Ah, apaan ini? Anak kecilpun bisa melakukannya, ini hanya corat-coret awuran, saya pun bisa melakukannya. "
Namun tak lama saya mencoba menunggunya beberapa saat sampai pelukis tersebut menyelesaikannya. Karena rasa penasaran saya. Selang beberapa waktu saya tercengang waow ...amazing..., ternyata lukisan itu berakhir dengan sempurna seekor leopard yang bersandar diatas dahan pohon. Dengan tata artistiknya yang menakjubkan. Ditangan seorang ahli atau maestro sebuah project berakhir sempurna dan menakjubkan. Tidak seperti saya yang amatiran. Ternyata penyimpulan saya pada awalnya salah besar, jugde saya di awal coretan meninggalkan sesal dan malu pada pelukis tersebut.
Begitulah Tuhan, kita jangan buru-buru menyimpulkan pada Tuhan bahwa Dia tidak adil, kecewa dengan permulaan project, atau puzle-puzle yang direncanakan-Nya pada kita. Yang mungkin dengan mudah kita tebak-tebak. Namun rencana Tuhan lebih luas dan besar dari pikiran kita. Ingat Tuhan belum kelar menyelesaikan lukisan-Nya pada kita. Tuhan kita adalah Pelukis Agung, kita adalah kanvasnya, dan kisah kehidupan adalah media alat pewarnanya. Jadi, temukan visi Tuhan. Setia pada jalan-Nya, tekun mengelola diri di hadapan-Nya.
Kata "Tuhan" bukan serta merta delusi ataupun ilusi bila kita menyadari bahwa diri kitalah saksi akan keberadaannya yang meminjam tubuh dan keseluruhan dari kita sebagai manusia. Tak perlu memperdebatkan hukum teologi, okultisme, jawasentrisme, atheisme. No...no...!! Just be patient, and do anything, prove way to your life. We are face and shape from what do you call with "GURU SEJATI" or "GOD".
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar