Serangkaian penciptaan semesta adalah kreasi Sang Maha Agung dalam menulis naskah alur cerita kehidupan. Dalam dimensi penciptaan terjadi komposisi yang beragam. Melahirkan dualisme yang saling melengkapi sebagaimana keseimbangan menjadi syarat mutlak dalam tradisi bulan dan matahari. Sebagaimana pula naskah cerita yang selalu melakonkan manusia dan lingkungannya sebagai gambaran pengkisahan.
Kejahatan yang dilahirkan dari sudut kegelapan akan selalu mengiringi kebaikan yang dilahirkan dari sudut terang cahaya. Keduanya senantiasa menimbulkan pergolakan dan pertentangan satu sama lain. Untuk mengisi naskah cerita Sang Maha Agung. Lalu apakah tujuan kesadaran spiritual dalam memaknai kehidupan manusia? Lalu bagaimana misi memayu hayuning bawono atau syarat akan kedamaian dunia yang menjadi tujuan mereka bersama dalam tradisi apapun yang ditemukan manusia dari para leluhur sebelumnya?. Jagad ini terlalu kompleks dan luas tanpa batas, dalam segala kisah cerita tentang kehidupan manusia beserta kaum dan bangsanya adakah yang mengkisahkan kedamaian kekal didalamnya?. Maka yang ditemukan dimana ada kedamaian disitu pasti juga ada peperangan, sudut pandang konflik akibat perbedaan, sekecil apapun itu.
Bila ada sebagian kaum yang ingin berusaha mendamaikan jagad dari kesalahapahaman dan konflik apapun. Maka mereka itu sesungguhnya hanya memaksa menggarami lautan. Juga lupa bahwa hal yang terlihat sedikit ngotot itu juga bagian dari "ego" mereka sendiri yang berbeda dalam sudut pandang level kesadaran. Bila menyatakan tujuan spiritual adalah menemukan dan menciptakan kedamaian untuk tujuan bersama dalam suatu bangsa bahkan jagad maka semua itu masih ada pada level kesadaran tingkat rata-rata. Kadang ditengah konflik dua kubu yang berbeda ada sebagian yang memposisikan diri jadi penetral atau neutralism. Tak masalah itupun juga pilihan. Tapi jika ia merasa hal itu solusi untuk menjadi bijak maka mereka masih salah kaprah. Posisi neutral ini justru malah seperti kehilangan arah Iman dan keyakinan. Karena akan sama dengan seseorang yang terbawa angin kesana kemari.
Dalam tradisi matahari tujuan spiritual adalah mengenal jati diri setiap pribadi; mengupas wadah, bakat, kekurangan, serta menemukan tuntunan Sang Maha Agung yang berada dalam diri dengan begitu jiwa akan lebih mantap dan matang untuk menjalani peran dimuka bumi sesuai pag atau jobdisk masing-masing. Dalam kehidupan spirit sejatinya manusia tidak mengikuti keinginannya, namun lebih seksama mengikuti keinginan laku semesta yang hendak kemana membawanya. Lalu dengan begitu mereka akan mampu menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat itu (ketitiwancian). Kesadaran spiritual mengupas tuntas sesuatu di balik diri sendiri. Entah berkadar iblis atau pekerja cahaya semua memang begitu adanya. Pikiranlah yang tak selalu selaras dan menerima setiap laku kasunyatan tersebut.
Adanya peperangan dan konflik merupakan laku semesta untuk memanggil dan menempatkan seseorang pada posisi dan tempatnya. Menjadi syarat pemicu mana pekerja cahaya mana pekerja kegelapan. Bila pekerja kegelapan datang untuk merusak dan menciptakan disharmonis maka akan pula memicu pekerja cahaya untuk kembali menangkal dan mengharmoniskanya. Dan begitu sebaliknya ketika pekerja cahaya memapah jalan kedamaian, melindunginya. Suatu saat pekerja kegelapan akan muncul menghancurkannya. Telah dikisahkan secara menarik pada ilusi perang bratayuda jayabinangun. Justru pada saat perang terjadi maka penempatan posisi akan memanggil manusia dalam perannya memapah jalan kisah kehidupan sesui job disk masing - masing ; mana yang menjadi kesatrya yang melindungi dan menjaga, mana yang menjadi ratu yang menjadi pemimpin, mana yang menjadi pinandita sebagai penasehat, mana yang menjadi begawan yang menjadi penyampai Wahyu agung. Dan lain sebagainya.
Seperti kehidupan sekarang,spiritual sesunguhnya menjadi dasar akan makna pengenalan jati diri. Sebagaimana seorang pemimpin dan bawahan dalam suatu perusahaan sesunguhnya berderajat sama dalam menjalankan perang masing-masing. Tentunya seorang Bos tidak akan mampu melakukan pekerjaan seorang OB begitu sebaliknya. Kesadaran spiritual yang melandasi makna untuk mengenali diri dan menerima kuasanya masing-masing. Berjalan Serta bekerja bersama dalam pengelolaan perusahaan / kerajaan masing-masing. Untuk berperang memenangkan petisi sandang, pangan, papan, yang tak jauh dari perang persaingan. Dan sebenarnya itu juga perang untuk memicu pembelajaran setiap jiwa.
Perang dan kedamaian akan selalu mengisi ruang kehidupan, karena merupakan tujuan akan penciptaan agar menjadi apik, dalam ragam pengkisahan, yang menjadikan kehidupan ini berhakikat "sesuatu yang bergerak". Semua akan terjadi begitu seterusnya, hingga naskah kehidupan ini selesai kiamat atau sampyuh. Jadi tujuan spiritual adalah mengenal jati diri, mengenal guru sejati yang kemudian menunjukan siapa kita dan apa peran kita dalam setiap ketikan karya film yang disutradai-Nya. Bukan perihal mencipta kedamaian besar di luar diri mikro semata. Namun lebih mendalam, kedamaian yang tenang didalam diri karena telah bertemu apa yang menjadi hakikat atau mandat dari keberadaan setiap kita dimuka bumi. Sebagai pijakan kehidupan. Tak harus berperan baik atau buruk namun apa yang benar, sesuai takdir mutlaknya. Karena kebenaran tidak selalu baik bahkan menawarkan keindahan, namun ia sejati dan benar dluar batas pemikiran.
" See your origin divine, do something from destination your creation by God. You are me. We are from same place, not heaven, not hell, but we call them are "SUWUNG".
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar