Tujuh lapisan realitas tubuh manusia yang perlu dikenali sebagai jalan menuju kesadaran tunggal yang sejati. Yang kelak kembali tumpah pada "Asmo Wadah Musomo Isi" atau kekosongan. Kesadaran pakem diberikan oleh Guru Penulis dari Gunung Lawu K.H. Muhammad Umar (maniefestasi banyu kahuripan) yang membabar kaweruh Syahadat Pesinggahan Pageran Alam Padang. Adapun wejangannya sebagai berikut;
1. Shula Sarira
Ini adalah lapisan badan kita secara fisik sebagaimana yang kita lihat secara kasat mata saat ini. Tersusun dari sari-sari makanan dan terdiri dari lima elemen dasar materi [panca maha bhuta]. Lapisan badan ini adalah yang paling kasar. Badan ini penting karena kita butuhkan sebagai wahana bagi evolusi bathin kita di alam material [lahir sebagai manusia]. Tapi badan ini juga sifatnya sangat sementara dan sangat palsu [sangat tidak identik dengan realitas diri kita yang sejati]. Karena itu banyak guru yang memberi nasehat : sadari kalau diri kita yang sejati bukanlah badan ini.
WUJUD : Tubuh kita yang telanjang, sebagaimana saat kita pertama kali dilahirkan ke dunia ini. Ketika kita mati badan fisik ini otomatis terurai.
DIHALUSKAN DENGAN : Asana atau Hatha marga
2. Linga Sarira
Ini adalah lapisan badan kita secara fisik yang lebih halus, yang merupakan kembaran identik dari badan fisik kita yang kasat mata. Badan halus ini tidak dapat dilihat dengan indriya biasa, sebab ada di dimensi alam [loka] yang lebih halus. Lapisan badan ini dapat terpisah dari shula sarira [badan fisik] kita -pada saat kita mati-, akan tetapi tidak dapat dipisahkan sangat jauh. Saat kematian datang, lapisan badan ini selalu berada di dekat mayat atau di tempat yang tidak jauh dari mayat.
WUJUD : Wujudnya sangat identik dengan badan fisik kita sendiri. Kalau ada diantara kita ada yang punya bakat khusus atau kemampuan untuk melihat ke dimensi alam [loka] yang lebih halus, kita bisa melihat Linga Sarira ini sebagai “hantu” dari orang yang sudah meninggal. Sebenarnya yang dilihat adalah linga sarira dari orang yang sudah meninggal. Umumnya linga sarira atau “hantu tanda kutip” ini diselimuti warna agak keungu-unguan.
PRALONO : Secara umum linga sarira akan perlahan-lahan terurai secara bersamaan dengan terurainya shula sarira [badan fisik] kita. Inilah satu-satunya alasan mengapa Hindu mengajarkan kita melakukan kremasi atau ngaben [pembakaran mayat] saat ada yang meninggal. Dengan pembakaran shula sarira [badan fisik], akan menyebabkan shula sarira [badan fisik] secepatnya terurai kembali menjadi lima elemen dasar materi [panca maha bhuta] yang membentuknya. Terurainya shula sarira [badan fisik] berarti terurai pula linga sarira, sehingga yang meninggal itu terbantu untuk bisa segera melanjutkan perjalanan memasuki dimensi alam [loka] berikutnya dan tidak perlu lama-lama bergentayangan menjadi “hantu tanda kutip”.
Penjelasan di atas adalah untuk yang secara umum, ada dua kasus lainnya tentang linga sarira. Pertama bagi orang yang sudah maju secara spiritual [bathinnya bersih, menyambut kematian dengan damai dan keikhlasan sempurna], begitu kematian menjemput dia langsung pergi ke alam-alam luhur dan linga sarira-nya langsung terurai tanpa perlu menunggu shula sarira [badan fisik]-nya terurai. Kedua sebaliknya, orang yang lumpur kekotoran bathinnya pekat atau orang yang keterikatan duniawi-nya begitu kuat [sehingga dia tidak rela meninggalkan dunia ini], dia bisa lama bergentayangan dengan linga sarira-nya walaupun shula sarira [badan fisik]-nya sudah terurai.
3. Pronomoyo Koso
Ini adalah lapisan badan energi [energi prana]. Energi yang memberikan gerak kehidupan kepada badan fisik [materi] kita. Alam semesta ini diselimuti oleh samudera besar energi pemberi kehidupan fisik yang disebut energi prana. Setiap organisme, mulai yang terkecil [mikroba] s/d yang terbesar, saat punarbhawa [kelahiran kembali], menarik ke dalam dirinya sendiri energi prana dari samudera energi prana semesta ini. Kekuatan hidup [prana] yang terdapat di dalam diri kita inilah yang disebut sebagai badan energi [pranamaya kosa].
WUJUD : Kemilau warna ke-emasan. Saat kematian datang, lapisan badan ini keluar dari dalam shula sarira [badan fisik] dan semua lapisan badan lainnya, kembali kepada samudera energi prana.
4. Sukmo Sarira
Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari pikiran yang kasar, yaitu keinginan, hawa nafsu dan emosi negatif. Kalau setelah mati kita lahir di alam-alam bawah, ini adalah lapisan badan yang akan kita gunakan di alam-alam bawah tersebut. Kalau ini yang terjadi, dari alam-alam bawah ini kita akan langsung mengalami kelahiran kembali ke dunia untuk melanjutkan evolusi jiwa kita, tanpa sempat pergi ke alam-alam luhur [alam para dewa].
WUJUD : Wujud dasarnya mirip dengan kabut atau awan tanpa bentuk, dengan warna yang selalu berubah-ubah sesuai dengan isi pikiran kita sendiri. Orang yang biasa mengikuti nafsu indria dan emosi negatifnya [marah, benci, iri hati, dll], sukmo sarira-nya cenderung kasar, tebal dan padat. Sebaiknya orang yang telah maju di dalam spiritualitas, sukmo sarira-nya wujudnya lembut, cerah dan berpendar.
Kalau ada diantara kita ada yang punya bakat khusus atau kemampuan untuk melihat dimensi yang lebih halus, kita bisa melihat Sukmo Sarira ini sebagai “aura”. Sebenarnya yang dilihat adalah sukmo sarira.
Dalam literatur spiritual timur di dunia barat, sukmo sarira sering disebut sebagai astral body [badan astral]. Hal ini tidak salah, terutama karena bagi seorang yang waskita, sukmo sarira-nya bisa dia bentuk dengan wujud seperti apa yang dia inginkan, mungkin bentuk yang identik sama dengan shula sarira [badan fisik]-nya. Atau bentuk yang lain. Dan dengan memakai sukmo sarira-nya itu, dia bisa bepergian ke segala tempat yang sangat jauh di berbagai dimensi alam [loka] dengan sadar.
[Sedikit catatan tambahan : bahwa di alam-alam bawah, banyak mahluk-mahluk gelap yang bisa menggunakan sukmo sarira [dirubah wujudnya/ cipto gambar] untuk menipu kita. Wujudnya Dewa, orang suci atau orang yang kita kenal dekat, tapi sebenarnya bukan. Tapi jangan khawatir, kalau bathin kita bersih, apalagi “kesadaran tuntunan guru sejati”, mahluk-mahluk ini tidak akan tertarik mendekati kita]. Dan gambar tersebut akan pecah bila tidak berwujud aslinya.
Aspek lain dari sukmo sarira adalah memiliki sifat dapat menarik energi-energi suci alam semesta yang baik, yaitu melalui penyucian diri melalui media air [melukat], dll. Dengan cara demikian pikiran kita dimurnikan.
Ketika bathin kita makin bersih dan makin terkendali dari sad ripu [ kegelapan bathin], wujud sukmo sarira akan semakin lembut, semakin cerah dan semakin berpendar. Ketika sad ripu lenyap dari bathin kita, ketika kita mati lapisan badan ini akan terurai dan kita akan lahir di alam-alam yang luhur [alam para dewa]. Semua dapat disampurnakan dengan pengendalian indriya dan pikiran, penyucian diri melalui media air [melukat] atau pembangkitan kundalini [secara benar]. Dalam kesadaran banyu kahuripan yang bersifat menumbuhkan dan menjernihkan.
5. Karono Sarira
Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari energi yang mencipta pikiran yang halus, yaitu pikiran yang bersih, penuh welas asih dan kebaikan tanpa pamrih. Kalau setelah mati kita lahir di alam-alam yang luhur [alam para dewa], ini adalah lapisan badan yang kita gunakan di alam-alam luhur tersebut. Kita akan tinggal di alam dewa untuk jangka waktu yang sangat lama, akan tetapi di titik ini roda reinkarnasi/ nitis [kelahiran kembali] belum berhenti. Kita masih akan mengalami kelahiran kembali ke dunia untuk melanjutkan misi agung atau atau penyelesaian karma.
6. Margamaya Patrapan Sunyo
Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari kesadaran manusia sejati (sang pembawa/ avatar). Menyadari hakekat riak-riak pikiran, tanpa [ke-aku-an] bebas dari dualitas [suci-kotor, baik-buruk, benar-salah, dll]. Kalau setelah kita mati lapisan badan yang lebih kasar terurai dan kita menggunakan badan ini, roda reinkarnasi [kelahiran kembali] berhenti dan kita akan melanjutkan evolusi jiwa kita di alam-alam yang sangat luhur [alam para kesadaran kosmik]. Dengan kebebasan memilih turun kembali ke bumi atau tidak.
Dalam lapisan badan ini mengalir pengetahuan ke-Tuhanan, kebijaksanaan sejati dan pengetahuan universal. Di lapisan badan ini tidak ada pembatasan. Kita dapat merasakan secara mutlak kesadaran mahluk lain juga tercakup di dalam kesadaran kita sendiri. Sebab realitas-nya mahluk lain juga bagian dari diri kita.
WUJUD : Tidak termanifestasi.
7. Nayantaka Ajali Kauri
Ini adalah lapisan badan kita yang tersusun dari banyu kahuripan; quak yang transenden, lebur dalam syahadat pesinggahan bibit sekawit [kesadaran sempurna].
WUJUD : Tidak termanifestasi.
MOKSA-Suwung
Ketika seluruh lapisan badan ini semuanya melepas tumpah dalam wadah kekosongan, di-titik itulah kita mengalami moksa-Suwung [pembebasan sempurna], menjadi satu dengan realitas absolut. Sering di-istilahkan dengan istilah “MANUNGGAL”, sebab di titik itulah kita “sadar” bahwa sebenarnya semuanya satu, trillyunan trillyunan trillyunan [tak terhingga] bentuk itu sejatinya adalah satu : Bibit sekawit; manungso - manus; Suwung-banyu kahuripan.
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar