Sabda alam atau bencana alam terjadi di dalam proses alam itu sendiri (Alladzikhalaqa fasawwaa). Allah menciptakan sesuatu dan mengembangkannya. Proses penciptaan tak akan pernah selesai.
Alam akan terus berkembang, dan untuk itu akan terjadi berbagai hantaman dan goncangan untuk menciptakan keseimbangan dan pembaharuan. Kalau bencana itu terjadi karena proses alam itu sendiri kita harus rela menerimanya. Pasti ada kebaikan dibaliknya. Namun ada kalanya bencana alam terjadi akibat ulah tangan manusia. Yang merasa memisahkan diri dari alam yang merupakan bagian dari dirinya sendiri.
Alam mengingatkan agar manusia hendaknya kembali pada dirinya masing-masing yaitu alam itu sendiri. Agar senantiasa pergulatan yang ditimbulkan olehnya karena jalan kebenaran yang dibelokan akibat tumpukan free will-nya dapat diluruskan. Manusia telah lupa bahwa ia merusak perasaan dan damainya sendiri ketika dengan lantang menantang bagian yang tak terpisahkan dari dirinya yaitu alam.
Tentunya wahyu langit akan turun, tak peduli siapapun yang akan dilewatinya. Allah membuatkan "sabda bencana" bukan karena ia murka namun karena ia mengasihi. Ia menebarkan benih-benih kesadaran pada hamba-hambanya. Tentunya kesadaran manusia akan terbangkitkan kala ia dilukai hingga duka kencana membuat kering tetes tangis yang membuat hatinya berteriak mencari sumber pengalir kasih tersebut.
Maka, bertobat adalah pilihan yang tepat. Bertobat itu bukan hanya kembali pada jalan agamawi semata. Bertobat adalah memutuskan untuk meninggalkan masa lalu secara pribadi, menerima perubahan-perubahan, berjalan perlahan menuju pelepasan hasrat keduniawian, bangkit tertunduk pada diri sendiri untuk menggali jutaan rahasia Illahi, mencintai diri sedalam - dalamnya, kemudian meloloskan rasa yang masih diisi syarat-syarat (mengurangi berandai-andai) yang membuat pegumulan rasa itu sendiri, bila ingin bersuka cita jangan biarkan duka cita itu nyaman tinggal pada diri bagaimanapun juga itu adalah neraka yang benar adanya, dan memilih mengisi ruang kosong itu dengan Allah SWT. Agar energi kasih yang teduh mendamaikan merawat dan memayungi tanah warisan penciptaan ini.
Maka keseimbangan akan perlahan menata kesenjangan. Apapun yang terjadi sesungguhnya irama-irama kehidupan akan terus seperti itu. Iman, salah satu jalan yang menyelamatkan. Adapun satria langit yang turun untuk menyelesaikan apa yang menjadi misinya, kenyataannya ia merupa menjadi sosok jiwa-jiwa yang ber-iman. Begitulah wahyu akhir zaman yang tiba saat dibawa hujan nyatanya hanya peringatan agar manusia-manusia senantiasa beriman untuk menumbuhkan puncak kesadaran. Sudahkah kita beriman? Hanya nafas dan detak jantung yang bisa menjelaskan.
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar