Guru adalah angin dan gunung yang menghiasi wajah moralitas dan ilmu. Guru bukan sekedar profesi, hakikat guru adalah pembawa terang panjang yang bergaman ilmu dan moralitas. Tidak hanya sebagai alat pemberantas buta aksara yang dari dulu hingga kini belum tuntas.
Ideologi guru tidak hanya mencari pangkat dan jabatan, apalagi sesuak nasi. Karena guru memang tidak berpangkat dan menjabat. Dahulu guru mengabdi tanpa pamrih, namun sekarang harus pamrih karena anak didiknya yang semakin banyak dalih, banyak nasib guru yang dikebiri oleh sikap anak didiknya sendiri, karena zaman terus menyudutkan hak asasi seorang guru.
Dulu guru memakai sepeda, motor yang sering mogok tahun 70 an serta baju lusuh untuk mengabdikan diri tanpa pamrih. Tapi kini ia harus memaksakan diri punya mobil dan motor sedikit mewah karena ingin menjaga martabat anak istrinya yang sudah terjebak sistem-sistem pendidikan yang kapital.
Kadang ia sendiri terjebak pada dilema sistem yang semakin absurd. Mau mengabdi tanpa pamrih, namun atasan mewajibkan untuk mengajukan proposal anggaran yang begitu ruwet dan mengancam eksistensinya. Dulu guru hanya mengajar sekarang guru dituntut pandai bikin proposal-proposal pencairan.
Ia rela mengajari anak orang lain, dan mengabaikan anaknya sendiri. Namun yang didapat justru dikriminalisasi oleh orang tua anak didiknya. Sungguh berat sekali ia memapah derajat hidupnya. Bagiku guru adalah manusia-manusia yang setia pada kewajibannya sebagai pemahat manusia generasi berikutnya. Yang mempertanggungjawabkan citra, pahala, dosa-dosa, dan kemaslahatan bersama.
Jadilah guru-guru yang sebenarnya guru, yang mengerti akan diri sendiri dalam berguru, menggurui, dan digurui. Terus berpegang teguh pada hati seorang guru. Guru tetaplah guru mati manusianya namun guru tetaplah abadi dalam kenang sepanjang hari yang terus berlalu.
Selamat hari guru, untuk ayah ibu, guru-guru dan dosen-dosenku semoga senantiasa dicerahkan untuk terus menebar cerah di seluruh penjuru negeri...
25/11/ 2017
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar