Sabtu, 11 November 2017

Tiga Ruang Kehidupan


Apa yang anda sadari, ketika anda memulai hidup yang benar-benar hidup. Kita melupakan satu konsep vital yaitu "waktu". Dimana kita sering terjebak oleh "waktu". Waktu menggilas ruang semakin cepat, sementara kita mengabaikan hal itu. Saya menemukan permenungan dari laku spirit yang bangkit dalam relung jiwa. Ia menyata bahwa semua naskah atas kehidupan digelar oleh waktu.

Saya menemukan kesadaran bahwa hidup kita dimulai dari 3 perkara, mani, darah, dan nur. Selanjutnya 3 perkara menjadi sengketa atas pola-pola hidup kita. Kenyataan yang saya temui adalah hidup hanya berada pada 3 ruang yaitu; hari kemarin, hari esok, dan lusa / masa lalu, masa sekarang, masa depan. Dan itu kenyataannya. Siklus hari, tanggal, tahun hanya di ulang-ulang.

Lalu, sudahkan kita mengisinya dengan efisien? Penuh makna dan apresiasi ? Banyak dari kita sering terjebak pada pola ruang ini. Disaat kita hanya menghabiskan waktu bergumul dengan penjara terberat yaitu pergumulan perasaan yang dipengaruhi pola pikir, disaat itu pula kita tersesat. Medan pikiran selalu membuat diri hambar dan tersesat. Kita banyak terjebak pada kehidupan masa lalu dan masa depan, melupakan esensi hidup yang nyata di masa sekarang.

Ketika sulit bangkit dari masa lalu, kita menjadi lemah, tak semangat, power aura menurun memandang hidup adalah ilusi yang jahat. Mungkin kita pernah melakukan kesalahan terberat kala itu di masa lalu. Membuat kita terjebak dilingkaran ruang waktu. Semakin kita berandai-andai ingin mengulang masa lalu, dan berpikir "seandainya aku tak melakukan hal itu dulu" atau "seandainya aku bisa kembali ke masa lalu  menanggulangi dan memperbaiki hal itu dulu" . Sementara itu tidak sadar waktu terus berputar secepat mungkin dan anda belum berbuat apapun di masa sekarang.  Bukankah memperbaki diri tak perlu nanti, atau harus kembali terjerembab di masa lalu? Karena sekarang adalah kenyataan yang mengada bagi diri kita.

Selama anda terjebak pergumulan medan pikiran, selama itu pula anda telah terjebak sengketa pola pikir anda sendiri. Setelah anda terlepas dari masa lalu ketakutan kedua adalah sikap apatis menyambut masa depan. Kita sering kawatir saat dihadapkan pada masa depan? Meraba-raba masa depan justru lebih menakutkan daripada dikejar harimau sekalipun. Masa depan adalah hal yang belum terjadi, entah itu satu tahun mendatang, satu minggu mendatang, ataupun satu jam mendatang.

Ketimpangan-ketimpangan selalu hadir dan menipu. Tak sadar hasrat yang tertinggal dimasa lalu dan masa depan membuat buram kehidupan masa sekarang. Coba kita simak seksama, saat anda terus mengalami kesemrawutan pikiran anda sendiri, membuat lupa bahwa waktu berjalan cepat dan sisa umur tak ada yang tau pasti.  Jika anda bertindak, berubah, bangkit menunggu nanti. Sementara hari esok anda tidak mengerti bahwa anda masih tetap berdiri atau mati.

Bukankah seorang maestro besar dalam sejarah apapun bangkit dimulai dari keberaniannya melawan masa lalu. Dan menutup raba-raba pedut petang masa depan. Namun mereka  percaya mereka punya keteguhan iman yang menuntun pada satu keyakinan dalam menggapai apapun, atas tangga tujuan  termasuk ruang Tuhan.
Ingatlah bahwa pikiran adalah medan perang kata Meyer, iblis membunuh kita melalui pikiran-pikiran berlebihan. Penjara besar bukan besi baja dengan kepadatan titanium atau penjara ditengah samudera yang dikelilingi hiu ganas, namun penjara besar adalah keterbatasan pola pikir kita sendiri.

Seorang ayah, mengabaikan permintaan anaknya yang ingin diajaknya pergi bermain. Ia mengatakan "nanti ya sayang, kalau ayah sudah dapat THR an, kalau ayah sudah kaya, ayah sementara ini akan lembur kerja nanti setelah semua beres ayah akan mengajakmu bermain sesukamu". Ungkapan sang ayah menunjukan ketakutan yang besar pada masa depan serta membuatnya mengabaikan hal besar yang dibutuhkan anaknya dimasa sekarang ketika anak-anak membutuhkan perhatian dan indahnya bermain dengan waktu yang seharusnya diberikan ayahnya.

Ayah tersebut lupa sementara waktu terus berjalan cepat hingga membuat anaknya bertumbuh dewasa. Berganti dari masa kanak-kanak menjadi masa remaja. Saat itu sesuatu yang digapai ayahnya (harta kekayaan materi apapun) sudah tak diperlukan kala anaknya meminta di waktu kemarin disaat masih menjadi anak-anak. Orang-orang seperti ini akan selalu menemui Ketidaksukacitaan/ kebahagiaan dalam hidupnya. Ia hanya meraba-raba sesuatu dalam perkiraannya. Namun sering diskualifikasi dari kenyataan hidupnya. Masa hidupnya lapuk tak bermakna.

Apapun yang ada dalam kehidupan ini akan selalu berubah. Rata-rata manusia tak bisa menerima begitu saja segala perubahan. Perubahan membuat sebagian dari kita yang memeluk kemelekatan dihancurkan bertubi-tubi oleh genggaman hasrat kita sendiri. Hingga mereka tidak sempat hidup berkarya, bagi saya karya terbaik dalam kehidupan adalah bilamana seseorang telah menerima perubahan.  Menerimanya dengan syukur dan terus bangkit apabila hantaman kisah pilu terus menerpa, karena sejatinya hidup ini adalah proses pendewasaan (permenungan intuisi manusia menuju kesadaran dewa dan Sang Ke-Esaan). Hanya iman yang teguh dalam hati yang membabarkan kesadaran yang membuat kita tenang, teguh, kuat, semangat dalam berlayar di tengah badai ombak kehidupan.

Iman muncul dari spirit kasunyatan, bukan dari masa lalu dan masa depan. Gambaran Kasunyatan adalah keseluruhan fakta-fakta empiris; buah masa sekarang; dan kenyataan sekarang,  muncul dari permenungan mendalam menapaki portal waktu "now", serta laku pengalaman di masa sekarang, berawal dari penerimaan, rasa bersyukur, dan mengalami esensial secara langsung, merasakan kepekaan keluruhan panca inderawi yang melebur menjadi panca ndriyawi (batin) bahwa kenyataan tetap nyata sekarang. Bukan empirisme fakta-fakta yang terbawa dari masa lalu dan spekulatif masa depan.

Sementara "kasunyatan" sendiri adalah iman yang memecah menjadi kesadaran yang meng-utuh-kan realitas dari waktu ke waktu. Dari laku masa sekarang, yang sudah menjadi lelaku masa lalu dan lakon baru di masa depan. Yang sesungguhnya adalah berawal dari kenyataan masa sekarang. Mari belajar tanggap waskita, eling, sadar dan menyatu dalam pusat "sanubari" yang "menyatu".  Bahwa semua bukan perihal berawal dan berakhir namun terus menyatu menjadi trasendenitas transformasi pembaharuan terus menerus.

Kita mulai dari memelihara iman, karena iman adalah gantungan pangkal nafas yang terus keluar masuk tak berbentuk terhadap keberadaan mikro bersama makro. Biarkan hari-hari jahat, hidup lapuk usang dan berkarat. Namun "AKU" yakin iman akan membuat aku selamat. Hingga kiamat mengembalikanku pada Sang Pemilik Jasad.

~ Tunjung Dhimas Bintoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...