Tak perlu kita resah dan kawatir, karena kita merasa belum berbuat apa-apa, itu hanya jebakan sudut pandang. Semua orang memiliki waktu untuk mengisi dan menyelesaikan "kisah" masing-masing. Sering kita merasa rendah diri, resah, kawatir saat kita mengira diri kita belum berbuat apa-apa sementara yang lain sudah terlihat lebih selangkah atau beberapa langkah di depan kita. Saya pun pernah merasa seperti itu.
Ada yang kuliah selesai tepat waktu, ada yang cumlaude, ada yang terlambat dari waktu yang ditentukan. Ada orang sukses di usia muda, ada yang meraih sukses disaat sudah tua. Semua terisi oleh waktu dan kita mengira itu adalah lini kompetisi. Tidak, tidak, tetap tenanglah Tuhan memiliki rencana lebih besar dari yang kita kira, melalui waktu yang ditentukan-Nya.
Seorang sarjana muda sukses menjadi CEO sebuah perusahaan di usia 28 tahun tapi meninggal usia 35 tahun. Seorang sarjana menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari waktu yang ditentukan (Cumlaude) tapi setelah itu dia kesusahan kesana kemari mencari pekerjaan. Seorang sarjana menyelesaikan kuliah terlambat hingga stress hampir di D.O. ; tapi setelah itu dia diterima di perusahaan yang kebetulan membutuhkan skill di luar basic kuliahnya.
Seorang gadis menikah diusia 24 tahun dengan pasangannya yang sudah mapan, namun 2 tahun kemudian dia bercerai karena suaminya selingkuh. Seorang pria muda ditinggal menikah kekasihnya karena ia belum mendapat pekerjaan, 1 tahun kemudian dia dinikahi atasannya sendiri di suatu perusahaan yang menerimanya bekerja. Tidak ada yang terlambat, dan tercepat, tidak ada yang salah atau benar, semua adalah ketitiwancian/ sudah ada jatah masing-masing rancangan agung Tuhan. Obama pensiun presiden di usia 50 tahun Donald Trump menjadi presiden di usia 70 tahun.
Jadi bila kita merasa belum berbuat apa-apa disaat yang lain kita anggap lebih selangkah di depan kita sesungguhnya kita telah membuang waktu. Kita lupa menikmati proses hidup, kita lupa bersyukur, kita terpenjara perkiraan kita sendiri. Jangan terburu-buru untuk ingin cepat sampai pada tujuan. Karena proses menggapainya tentu sangat dirindukan. Nikmati setapak demi setapak proses tersebut agar pendewasaan dan kematangan tertanam dengan baik pada diri kita. Rawatlah perasaan kita masing-masing agar tidak pecah dan goyah.
Renungi apa yang sudah kamu miliki dan lakukan sekarang karena itu naskah istimewamu sekarang. Mungkin orang yang terlihat serba berkemewahan, terlihat tertawa bahagia disana sedang menyembunyikan deritanya masing-masing, dan mungkin beberapa dari mereka ingin menjadi sepertimu sekarang. Kata simbahku beginilah "urip sawang sinawang".
Kita tak bisa mengukur sama ukuran kita dengan siapapun disana. Jadi mulai sekarang buang jauh-jauh sudut pandang yang menakutkan itu, kita terima keadaan kita apa adanya. Karena kupastikan rencana Tuhan lebih besar untuk setiap daripada kita. Kita boleh kecil dan hina tapi dalam hati kita, kita adalah hamba-hamba Tuhan. Kenapa takut miskin mental dan materi sementara Tuhan kita maha kaya. Rawat imanmu. Karena ia yang akan membuatmu hikmat dan selamat.
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar