Selasa, 10 April 2018

Berserah

Sikap berserah itu bukan lantas menyerah yang berarti orang yang berputus asa serta kemudian melahirkan sikap apatis yang diakibatkan oleh tumpukan hasrat yang membuat pergumulan perasaan yang menutup kesadaran Illahi pada diri setiap pribadi. Sehingga mempengaruhi ketidakselarasan pada dirinya. Berserah adalah menyelami diri sedalam-dalamnya, untuk kemudian mengosongkan diri dari ramainya hasrat-hasrat keakuan yang membuat derivasi kesadaran illahi turun menjadi kesadaran manusiawi. Saat kesadaran manusiawi disuwungkan maka Tuhan atau Gusti akan mengisinya. Maka daya Gusti akan bekerja dengan sendirinya.

Sikap berserah adalah bentuk kepasrahan total dari inti diri (sumeleh/shareh). Menyerah dengan kesadaran: dalam kondisi sadar bahwa ada sesuatu yang besar, penuh welas asih, bijaksana, berwibawa di dalam diri sendiri yang bekerja hidup serta menghidupkan,   bukan dengan kebingungan, ketakutan, kekalutan, serta pergumulan. Maka munculah istilah mangening, prosesi menyelami diri untuk terhubung dengan Guru Sejati atau posisi meditasi/samadhi dalam kondisi ini diri sedang menjadi pengamat atas dirinya sendiri (aku mengamati/ menyaksikan) segala bentuk perbendaharaan seluruh realitas atas aku dan AKU. Realitas makro dan mikro kosmos.

Setelah itu munculah beberapa pengertian yang holistik tanpa batasan.Pengertian ini baru bisa disaksikan serta di pahami dengan bahasa rasa sejati (qolbu) atau kitab teles. Kemudian proses ini berlanjut pada istilah manekung/mangenung. Manekung/mangenung adalah proses merenungi dari apa yang tertangkap dari bentuk cerapan panca indriyawi (batin/rasa sejati) dari proses mangening untuk selanjutnya di cocokan dengan cerapan panca inderawi. Lebih sederhananya dimana prosesi ini adalah menerjemahkan bahasa rasa sejati dalam bentuk penalaran otak untuk kemudian menuju prosesi istilah Mangegung atau terbukalah segala lapisan hijab-hijab selubung diri.

Mangegung adalah tujuan atas pencarian serta penyempurnaan diri. Dimana bahasa rasa sejati bisa diterjemahkan oleh nalar. Proses dimana rasa dan pikiran selaras karena serangkaian laku penyingkronan yang telah dijalani. Maka berserah atau suwung akan dialami bagi mereka yang mau mengosongkan diri atau benar-benar tekun untuk menyelami dirinya sendiri, untuk  mendapat tuntunan dari sang guru sejati. Dengan begitu niscaya keselarasan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidup akan dicapai oleh setiap pribadi.

~ Tunjung Dhimas Bintoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...