Harta itu adalah engkau kekasih, semenjak luka ini kusemayamkan dengan tenang. Diri ini terus bertahan, saat pertarunganku melawan hatiku sendiri. Jiwa ini berlindung padamu, hendaknya jangan dikecewakan harapannya.
Percayalah padaku bahwa kekayaanmu itu ada dalam diriku, bukan harta bukan jabatan. Melainkan cinta yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Engkau tidak pernah bahagia bila menghilangkan aku dari hidupmu, begitupun aku tak akan mampu mengarungi hidup tanpa menyerahkan kekayaan ini pada engkau kekasih.
Karena sekejam apa jarak membuatnya berpisah dari tubuh ke tubuh lainnya. Namun sesungguhnya hanya aku yang mengisi dan kokoh abadi didalam hatimu. Membuatku terbunuh hanya salah satu jalan untuk bunuh dirimu. Tanpa aku matipulalah engkau kekasih. Karena hidupmu hanya didera siksa batin dan kemlaratan suka cita.
Percayalah, tak ada pernikahan yang kokoh tanpa cinta yang mendasarinya, percayalah tak ada kisah yang abadi melainkan kisah cinta dua pasang manusia. Percayalah tak ada manusia kuat dan bahagia bila ia kehilangan cinta pada dirinya. Hikayat ini kulantunkan sebagai ibadahku pada Tuhan, karena cinta-Nya kini menggenangiku melaluimu kekasih. Yang kutahu melaluimu aku mencintai Tuhanku. Untukmu pertalian jiwaku kugantungkan pada setiap nafas dan bait-bait doa yang bermuara memapah harapanku sebagai manusia fana.
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar