Senin, 30 Oktober 2017

Sedulur Papat Limo Maslahat


Keotentikan dari falsafah " sedulur papat limo maslahat" , sebenarnya membuka bahwa fenomena tersebut tak lepas dari zahir diri pribadi setia individu. Empat saudara itu sesungguhnya dzat saripati unsur alam yang melindungi setiap pribadi, merawat pribadi hingga kembali pada ajal yang menanti.

Empat saudara ini pula yang menyerupa menjadi nafsu adapun nafsu tersebut adalah mutmainah; air, supiyah; angin, amarah; api, muamah/ aluamah; bumi/ tanah. Unsur-usur inilah yang menjadi anasir syarat manusia hidup tumbuh dan berkembang. Menurut saya pribadi empat anasir adalah asisten Gusti, yang menjaga maniefestasi Gusti sendiri berupa " Nur Muhammad/ roh kudus/ fetus/ body satva/ atman" didalam wadag/ raga manusia.

Adapun yang disebutkan bahwa anasir ini juga menjadi nafsu/ goda kencana adalah ketika manusia sejati (nur didalam diri) tidak leluasa dikenali oleh suasana rangka manusia dalam tataran menyelami diri sejatinya dalam hukum tangga dasar kesadaran. Bilamana ia ber-Insan menjadi apa yang disebut itu khalifah/ pemimpin, niscaya ia telah mengerti dan berhasil membuka kotak wahyu yang menyimpan data Gusti dengan indikator kesadaran.

Menurut saya manusia adalah "hardiks" canggih karena merupakan kotak penyimpan data-data Gusti. Itu yang sering disebutkan bahwa manusia adalah mahluk sempurna. Melalui manusia banyak rahasia semesta terkuak termasuk data-data tentang keberadaan  Gusti/ Tuhan itu sendiri. Pada manusialah Gusti menitipkan pesan data rahasia. Yang kemungkinan terkuak apabila setiap manusia mau menyelami dirinya sendiri.

Manusia memiliki unsur sifat ke-utuh-an diantaranya.(1). Sifat iblis; yang mana adalah sifat-sifat tamak, destruktif, dan disharmonis. (2). Sifat binatang; kekurang santunan, anmoral. (3). Sifat Manusiawi; kebutuhan sandang, pangan, papan. (4). Sifat Malaikat; Ketundukan, kepatuhan, ketaatan. (5). Sifat Tuhan; Kebijaksanaan dan kebersahajaan.

Maka dari itu keseluruhan sifat-sifat tersebut bagian dari kesempurnaan, hanya perlu sikap laku asketik untuk proses membuka, mengenali, memahami dan mengendalikan sesuai tingkat kesadaran untuk laku kemaslahatan yang berindikasi sikap terbuka, luwes, luwas, asih, asah, asuh dan bijak dalam memapah laku hidup ber-umat, ber-berbangsa, ber-masyarakat, dan hidup berperi kemanusiaan.

~ Tunjung Dhimas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...