Kesadaran sebagai kasunyatan bahwa hidup ini adalah "pola mengamati" dari keseluruhan gerak yang meliputi (gerak energi, gerak rasa, gerak pikir, gerak sel tubuh, dll). Mengamati dalam artian mengerti batas-batas kuasa segala organ tubuh entah itu yang material maupun imaterial. Jika anda mengerti bahwa mata hanya bisa melihat tanpa medengar, telinga mendengar tanpa melihat, dan batas-batas kuasa masing-masing organ yang terorganisir menjadi suatu kesatuan yaitu manusia hidup.
Lalu "mengamati" itu bagian dari proses kinerja matakah? Sementara kita sering mendengarkan suara hati padahal "perangkat mendengar" itu ada pada telinga. Bagaimana kedua pernyataan itu dibedah dan dijelaskan. Maka saya menyatakan bahwa kesadaran itu adalah lokal komponen dari "rasa sejati" yang bervibrasi seperti sonar dari relung telenge manah (pusat hati). Kesadaran adalah daya wewenang, kehendak, karsa, eling yang mengerti akan keseluruhan kemengertian tanpa batas. Melebihi kata "tanpa batas" itu sendiri. Namun sering dari kita membatasinya dengan nama " Tuhan".
Analogi praktis dari kesadaran adalah bilamana kita "memahami dari hukum kausalitas sebab akibat dan mampu menangkap signal dari vibrasi keseluruhan realitas semesta dan menuangkanya dalam laku, lakon, lelaku dengan eling dan peka" maka itulah kesadaran. Analogi teoritis jika Tuhan itu adalah lautan maka manusia adalah air laut yang ada di dalam gelas. Jika Tuhan itu tanpa batas (termasuk maniefestasi dari manusia itu sendiri) sementara manusia terbatas hijab yang berbentuk raga dan pikiran.
Namun sejatinya keduanya hanya satu. Indikator dari kesadaran adalah ketika seseorang menjalani hidupnya dengan sumeleh, sareh, lembah manah (bijaksana dan bersahaja). Tidak dikurung oleh pikiran mereka sendiri yang membatasi, terbukalah hijab-hijab dalam lapisan diri. Hidup terasa luwes dan luwas ringan tanpa tekanan. Karena sejatinya kita adalah Tuhan itu sendiri. Kita adalah kesadaran. Kesadaran bahwa Tuhan menjelma manusia (mahluknya) sebagai aktor dalam film yang disutradarainya. Jika manusia itu adalah wayang maka Tuhan adalah sang dalang. Namun ringkas daripada kesadaran adalah "kita yang mengamati dan kita yang diamati".
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar