Jumat, 27 Oktober 2017

Melampaui Cetak Biru, DNA Melebihi Batas Berpikir

Sehubungan dengan proses pemikiran manusia ada salah satu hal yang ingin saya bahas. Kita percaya dan mengira bahwa otak memainkan peran paling penting dalam mengatur tingkah laku kita. Sesungguhnya sel-selah yang melakukannya, dan gen yang memerintahkan sel-sel tersebut. Otak berfungsi tergantung pada kinerja sel-selnya. Gen mengatur panel pengontrol utama tubuh kita. Menurut Murakami "jika memang benar kita bisa mengontrol  mekanisme nyala atau padam pada gen kita, kita harus lebih memahami lagi tentang gen kita". Maka dari itu akan lebih terperinci bila kita memperhatikan pesan-pesan yang kita kirimkan pada gen kita.

Bahkan tanpa disadari, kita terus-menerus terlibat dalam percakapan dengan diri kita sendiri. Pada saat sedih kita mengikuti skenario yang ditulis dari sisi negatif. Walaupun sel menuruti instruksi dari otak, pada saat yang sama, mereka juga merupakan organisme sendiri yang terpisah. Dalam kasunyatan kita semua melalui masa-masa ketika kita lelah, sakit, dan kehabisan tenaga. Anda mungkin menemui beberapa masalah entah itu kerja, putus cinta, atau mendapat kesulitan saat menjalin hubungan dengan orang lain.

Pada saat-saat seperti itu memang sulit untuk kita tidak terjatuh dan merasakan depresi. Bagaimana anda bisa melepaskan diri dari perasaan jatuh dan depresi? Yaitu dengan menyalakan gen yang memberikan tenaga. Anda dapat mempelajari bagaimana cara melakukan hal ini dengan mengumpulkan semua kebijakan yang telah anda dapatkan selama perjalanan hidup. Salah satu cara yang sarankan adalah membuat diri anda terinspirasi. Jika tidak ada yang menginspirasi anda saat itu, pikirkanlah kembali suatu saat ketika anda merasa termotivasi dan tergerak.

Inspirasi adalah kombinasi dari kegembiraan dan semangat yang menyenangkan. Pengalaman menjadi seorang peneliti sekaligus penulis amatiran. Saya pernah melakukan riset tentang pencak silat sebagai pemenuhan tugas akhir saya saat kuliah. Ketika proses penelitian saya lakukan, motivasi terus saya dapatkan dari beberapa sumber yang saya wawancarai saya merasa diri saya berkesan dengan semangat kecintaan saya pada pencak silat. Karena bertemu dengan orang yang sepemikiran dan seenergi dengan saya tersebut. Para ilmuwan pasti merasakannya, apalagi ketika baru menyelesaikan penelitiannya. Semangat dan bahagia saya rasakan setelah saya menyelesaikan dan menulisnya pada format jurnal penelitian yang diterbitkan kampus, makalah tersebut cukup diminati oleh kalangan pemerhati sosial dan pecinta silat.  Sekaligus membuat saya tergerak dan bangga. Saya pernah tidur memeluk berkas-berkas penelitian tersebut, yang membuat saya terinspirasi menjadi seorang peneliti.

Saya dapat merasakan rasa sehat, kuat, bertenaga merambat di seluruh sel-sel saya. Yang memberi inspirasi seseorang mungkin berbeda-beda. Bagi sebagian orang mungkin berupa pemenuhan hasrat melalui cinta, karier, menghabiskan waktu dengan keluarga atau menikmati  membaca buku motivasi serta berkebun,dan menikmati karya seni. Sesuatu yang tidak berhasil menyentuh satu orang mungkin akan sangat menggerakan orang lain. Sebagai contoh marilah saya perkenalkan Prof. Juan Santosa salah satu mentor saya di salah satu univ. di Jogja. Sebagai calon akademisi lanjutan beliau pernah bercerita kepada saya pada saat studi di Belanda. Tentunya cerita ini tak pernah saya lupakan. Beliau adalah seorang peneliti di bidang arkeologi, pernah suatu ketika beliau berhari-hari menghabiskan waktu dilereng gunung dan tempat yang memungkinkan untuk didapati data dari risetnya. Kala itu beliau bekerja sama dengan pusat penelitian arkeologi di Belanda. Kurangnya jam istirahat akhirnya membuat beliau jatuh dan divonis menghidap gangguan saraf yang rumayan parah.  Suatu saat ketika beliau hendak pergi berobat beliau seperti mendengar seruan dari hatinya. Seruan itu menyuarakan agar ia pergi ke perpustakaan kampus dimana beliau studi. Dengan seksama beliau mengikuti pesan suara itu, diantar salah
Seorang temannya beliau memutuskan menunda berobat dan pergilah ke perpustakaan tersebut lalu suara itu menuntun beliau pada rak buku yang salah satunya berjudul "Heiligenstadter". Diambilah buku itu dan dibawa kembali ke tempat tinggalnya. Lalu ia membaca buku biografi Beethoven tersebut.  Ketika kehilangan pendengarannya Beethoven sempat mempertimbangkan untuk bunuh diri dan bahkan telah menulis surat wasiat. Namun setelah melalui sebuah pergulatan batin, akhirnya ia memutuskan untuk tetap hidup. Saat itulah ia menuliskan buku " Heiligenstadter" sebagai ekspresi dari kesungguhannya. Di dalamnya, ia menulis, " Mungkin aku akan membaik, mungkin tidak; Aku telah siap. ...Terpaksa sudah menjadi seorang filosof pada usia muda. Oh hal ini tidak mudah, dan bagi seorang seniman jauh lebih sulit daripada siapapun."

Kata-kata tersebut menyambar Prof. Juan bagai kilat petir. "Penderitaanku ini tak ada apa-apanya, Beethoven telah mengatasi ketulian, sebuah cacat yang sungguh fatal bagi seorang musisi . Aku mungkin tidak memiliki bakat yang besar, tetapi aku punya badan besar normal dan sehat, jadi bagaimana aku bisa mengeluh? Aku akan menunjukan pada semua orang bahwa aku mampu mengatasi hal ini. Sejak itulah neurosis yang diderita Prof. Juan sembuh. Apakah yang membuat Prof. Juan mengalami kesembuhan secara sekejap? Menurut saya karena emosi yang mendalam yang di alami Prof. Juan mengaktifkan gen-gen  yang menyebabkan penyembuhan dan tenaga vitalitas. Ini seperti pandangan dan paparan Murakami pada bukunya Divine Message Of DNA. Pengalaman Prof. Juan dapat menginspirasi saya.

Sebagian orang mengatakan bahwa potensi manusia tidak terbatas. Mereka beranggapan apabila seseorang berusaha dengan tekun dan keras dia akan dapat melakukan atau menjadi apapun yang ia inginkan. Sebagian yang bersikeras bahwa ulat pasti menjadi kupu-kupu, batasan-batasan kita ditentukan sejak lahir. Kenyataannya memang kita tidak bisa melakukan apa pun kecuali jika telah terprogram dalam gen kita. Sesuai dengan pengertian itu, maka potensi dan kapasitas manusia memang terbatas.

Jika saya tiba-tiba memiliki sifat yang sebelumnya tidak tampak ; misal, jika saya tiba- tiba menjadi penulis, peneliti pantang menyerah, atau tenang; hal ini tidak lain adalah kemunculan dari sifat-sifat terpendam yang belum timbul ke permukaan. Entah bagaimana, mungkin tombol genetik bagi kemampuan - kemampuan tersebut telah pecah dan menyala atau tombol genetik untuk sifat-sifat seperti kemalasan atau pencari kesenangan telah dipadamkan. Kapasitas seseorang tersimpan secara keseluruhan dalam gen mereka.

Namun kita harus ingat bahwa 5 atau sebanyak -banyaknya 10 ℅ dari gen dalam keseluruhan genom (kumpulan informasi genetik) manusia yang dipercaya bekerja setiap waktu, sementara sisanya tetap dorman (Murakami, 2007: 75). Maka dari itu bila ungkapan potensi dari manusia terbatas, definisi akan kata "terbatas" sangatlah berbeda dari inteprestasi konvensional. Selalu ada kemungkinan untuk apapun atau sesuatu yang belum terjadi adalah probabilitas. Dalam pengertian itu bahwa pandangan potensi manusia itu tak terbatas memang tidak salah. Apapun yang dipercaya oleh otak kita mungkin terjadi, pastilah memang mungkin terjadi, dan apapun yang tidak terpikirkan oleh kita berada di luar dunia yang mungkin maupun tidak mungkin. Misalnya, pesawat terbang diilhami karena seseorang berpikir, " aku ingin terbang seperti burung." Walaupun secara ilmiah potensi manusia terbatas, kita tak perlu menyadari adanya batasan ini karena informasi yang tertulis dalam gen kita jauh melebihi apapun yang dapat kita bayangkan.

Pada saat ini, batasan manusia pada lari sprint Olimpiade berada pada hanya sedikit di bawah sepuluh detik. Dari sudut pandang bahwa potensi manusia tidak terbatas, rekor ini mungkin dapat dipangkas menjadi delapan detik, enam detik, atau bahkan lebih singkat lagi. Namun, secara pribadi saya meragukan ini akan terjadi karena menurut saya hal ini tidak termasuk dalam informasi genetik kita.

Hal ini mungkin akan membuat orang-orang betanya-tanya, " Saya mengerti bahwa saya tidak bisa melakukan apapun kecuali jika hal itu tertera dalam DNA saya. Tetapi tidakkah saya bisa berlari seratus meter dalam 10 detik? Pastinya hal itu juga telah tertulis dalam DNA saya." Kita tak bisa menarik kesimpulan bahwa alasan sebagian besar dari kita tidak dapat berlari secepat Carl Lewis adalah karena kita tidak memiliki kemampuan itu. Kemampuan itu mungkin hanya tergeletak secara kompleks karena gen-gen yang relevan denganya padam. Jika dikejar seekor anjing, siapapun di antara kita mungkin akan berlari seratus meter dalam sepuluh detik sebagai reaksi dari kondisi terdesak tersebut. Namun, seperti semua mahluk hidup, manusia tidak dapat melampaui batasan dari apa yang telah tertulis dalam gen mereka.

Dalam sebuah kisah Budha, " Perjalanan Mengambil Kitab Suci", karakter cerita Sun Go Kong, si kera sakti, ditantang oleh Bodisatva untuk melepaskan diri dari telapak tangannya.  Ia pun berjalan jauh dan menandai lima pilar di lima negara yang berbeda - beda untuk membuktikan ke mana saja ia telah menjelajah. Namun semua itu hanya sebuah ilusi. Ternyata, ia hanya menandai kelima jari tangan Bodisatva. Sun Go Kong menunjukkan kekuatan yang luar biasa, namun kekuatan ini masih tidak dapat melampaui kekuasaan sang  Bodisatva. Ini seperti ungkapan melampai cetak biru dan DNA melebihi batas berpikir kita yang saya tangkap dalam kesadaran saya. Sama halnya, kita mungkin menunjukkan kemampuan baru yang luar biasa, merasa dan berfikir kita telah menganalisa dan mengenali keterbatasan kita, dan kelebihan kita sebagai cetak biru. Namun kemampuan dan keterbatasan itu tidak bisa melampau data tanpa batas dalam gen kita, yang menunggu untuk ditemukan dan pecah menyala (telah diaktifkan). Inilah mengapa adanya proses terus menerus belajar tanpa henti, karena misteri DNA sangat luas melebuhi daya cipta, rasa, karsa kita sendiri. Bahkan gen kita dapat membuat hal-hal yang kita pikir terbatas dan tidak mungkin menjadi mungkin.

Keajaiban memang bisa saja terjadi. Kebanyakan keajaiban yang terjadi menyangkut terwujudnya sesuatu yang dianggap tidak mungkin oleh manusia. Namun, dari sudut pandang genetik, keajaiban adalah bagian dari program semesta pada DNA kita yang tak terbatas. Kita semua adalah maniefestasi Tuhan (Sang Maha Tanpa Batas) dengan potensi membelah Tuhan, dan potensi menjadi sang keajaiban itu sendiri. Mungkin kesadaran yang bangkit telah teraktifasi dari data-data DNA kita yang telah aktif. Dan memahami keseluruhan realitas. Saya menyatakan tak hanya satu cetak biru pada diri kita, kita masih memungkinkan berpotensi menemukan ribuan cetak biru dalam jagad DNA  kita yang menunggu dipecah dan diaktifkan.

Teori Murakami, " Ada tiga faktor yang terlibat dalam aktivasi gen; gen itu sendiri, lingkungan, pikiran".  Namun dalam kesadaran saya menemukan teori bahwa ada satu lagi pemicu gen untuk bangkit dan menyala aktif; yaitu adalah laku asketik jalur tempuhan laku spiritual meliputi; Puasa, Mandi disumber - sumber mata air, kondisi terjaga, meditasi/ samadi dan pola hidup meditatif. Saya masih berpendapat bahwa dari ketiga teori Murakami, gen lah yang paling banyak menimbulkan kesalahpahaman. Banyak orang yang percaya bahwa ciri-ciri yang diwariskan tidak pernah berubah. Jika mereka tidak pandai dalam sains atau matematika, dengan segera mereka menyalahkan kurangnya kemampuan orang tua mereka dan menunjang pikiran mepengaruhi sifat apatis. Begitu pula orang tua merekapun melepaskan ekspektasi akan anak-anak mereka karena percaya bahwa tidak ada yang dapat mereka lakukan. Memang benar bahwa kecerdasan dan kemampuan atletik berkaitan dengan gen. Namun, hal ini tidak berarti bahwa orang tersebut sama sekali tidak memiliki kemampuan tersebut. Kemampuan itu ada tapi belum dinyalakan. Jika tidak begitu, bagaimana kita dapat menjelaskan adanya orang-orang genius? Seorang genius adalah seorang yang gen-gennya, yang juga diwariskan dari generasi-gen rasi sebelumnya, tiba-tiba teraktivasi oleh sesuatu. Fakta bahwa anak dari seorang genius umumnya biasa-biasa saja, mungkin disebabkan tombol genetik menyala dan padam dari satu generasi ke generasi berikutnya. (Murakami, 2007: 78).

Mungkin gen kita tidak hanya mengandung memori dan kemampuan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, namun juga dari seluruh proses evolusi yang berlangsung selama beberapa miliar tahun. Embrio manusia selama dalam masa kehamilan mengulang proses evolusi di dalam rahim (ini juga salah satu katalis indikasi terjadinya kontemplasi reiinkarnasi), fakta ini mengesankan bahwa informasi ini telah tersimpan di dalam gen milik sel pertama dunia (reduksi ras cahaya). Potensi dari seluruh ras manusia terkandung dalam gen seorang individu. Inilah mengapa orang tua yang berhasil tidak seharusnya kecewa bila anaknya tidak berhasil. Performa yang biasa-biasa saja hanya berarti gen anak tersebut belum dinyalakan. Entah kapan sesuatu akan menstimulasi bakat mereka yang pulas tertidur akan terbangun dan menyala.

Jika anda memiliki hidup yang biasa-biasa saja, gen anda hanya akan berubah sangat sedikit. Perlu adanya pengalaman-pengalaman yang banyak, jangn takut terjatuh, sedih-duka, hidup terasa berat atau apapun karena saat anda tidak menyadari bahwa disaat seperti itu kemungkinan besar gen spektakuler anda akan bakit dan menyala. Banyak seorang besar dan cemerlang dimulai dari kisah hidup yang tak beruntung (kepahitan, kejatuhan, kedukaan). Tidak ada yang terlambat untuk mengembangkan potensi.

Segala sesuatu menjadi mungkin selama kita memiliki hasrat yang menggelora dan tenaga untuk melakukannya. Satu-satunya halangan bagi pencapaian ini adalah pemikiran "saya tidak bisa melakukannya". Jika tidak pernah ada kata terlalu awal untuk mulai membangun potensi, inilah mengapa  pendidikan pralahir sangatlah penting. Yang saya maksud pendidikan pralahir adalah ibu hamil yang sengaja memilih mendengar musik yang baik,  membaca buku yang bagus, mendengarkan kultum, dan menikmati karya seni yang indah serta menyabdakan cinta yang penuh kebijaksanaan pada bayi dikandunganya. Ini seperti konsep asketik leluhur jawa yang menyarankan mendidik jabang bayi sejak dalam kandungan, dengan menjalani tirakat dan pamalinya. Sebagaimana agar jabang bayi terbentuk rasa dan daya ciptanya semenjak dalam kandungan. Pendidikan seperti ini juga menghindari hal-hal yang menimbulkan emosi negatif, karena hal ini dianggap berbahaya bagi sang fetus.

Kita juga harus ingat bahwa gen setiap orang adalah unik. Seorang ayah mungkin pintar matematika, tetapi hal ini tidak secara otomatis berarti bahwa anak-anaknya akan pintar dalam pelajaran yang sama . Ada banyak sekali contoh seniman yang terlahir dari keluarga yang tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kemampuan artistik sebelumnya.

Anak-anak yang terlahir dari dua orang tua yang memiliki IQ tinggi tidak secara otomatis memiliki kepandaian yang lebih tinggi. Malahan, umumnya jauh lebih banyak dari anak-anak itu yang memiliki IQ lebih rendah, sementara anak-anak yang dilahirkan dari orang tua yang memiliki kepandaian rendah lebih memungkinkan memiliki IQ yang lebih tingggi. (Psikopediatri. Cetakan 1; 2001). Secara kongkrit alasan tersebut kurang rasional atau masih hipotesis, tidak tahu mengapa? Tetapi sepertinya ini adalah mekanisme semesta, gen bergerak menuju nilai rata-rata. Jika manusia terprogram dengan potensi yang meningkatkan kemampuan secara tak terhingga, mereka juga membawa potensi sebaliknya, yaitu penurunan kemampuan yang tak terhingga. Karena hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup seluruh ras manusia dan mahluk penghuni bumi secara material. Untuk menghindarinya seperti secara otomatis  semesta membuat semacam penyesuaian untuk menjaga kesetabilan/ keseimbangan. Tujuan dari semesta adalah keberagaman. Tidak masalah apakah orang-orang menikah antar sesama mereka yang ber- IQ tinggi, sebaliknya jika orang-orang ber-IQ rendah menikah antar sesama mereka, hal itu tidak akan memberi efek yang merugikan. Tanpa pengaruh oleh kombinasinya, potensi-potensinya akan tetap sama. Siapapun dapat membangun bakat-bakat (cetak biru) luar biasa yang masih terkurung menunggu dibebabaskan dan menyala di dalam diri masing-masing. Yang harus mereka lakukan adalah terus belajar dan belajar untuk menemukan dan mengaktifkan DNA-DNA mereka, terus bertransformasi dalam mekanisme kehidupan.

Oleh : Tunjung Dhimas Bintoro

Daftar Pustaka:

Murakami. 2007. The Divine Message DNA (Tuhan dalam Gen Kita). PT.Mizan Pustaka.

Psikopediatri. Cetakan 1. Makalah Jurnal Sport Sciene. International Press.

Dhimas, Tunjung. 2016. Implementasi Pemahaman Terhadap Filsafat Ajaran Pencak Silat PSHT Dalam Kehidupan Bermasyarakat Kab. Magetan Pada Masa Transisi Pengurus Organisasi. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : PPs Uneversitas Negeri Surabaya.

Solso, Robert, dkk. 2008. Pskologi Kognitif. Edisi kedelapan. Terjemahan Mikael Rahardianto dan Kristanto Badtuaji. Jakarta. Erlangga.

Dhimas, Tunjung. 2017. Hipotesis laku asketik membangkitkan spiritual jiwa luhur Pencak Silat (pengaktif Cetak Biru dalam gen).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jalan Sutra

Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...