Surga dan cinta memaut rasa bahagia. Jangan katakan sesuatu bilamana masih dihukum ilusi semata. Engkau yang merasa sedang bahagia karena kecukupanmu dalam kemapanan hidup. Sesungguhnya itu bukan karena cinta namun karena hormon tubuhmu sedang ditipu kenikmatan jasadmu.
Bagaimana mampu diri ini menikmati surga? Jika menikmati hidup dibumi saja tidak kuasa. Apa bahagiamu itu hanya ungkapan rasamu yang nyaman ? Sesungguhnya tidak ada kenyamanan di bumi ini nyatakan ia hanya pergi silih berganti tiada ampun jika takdir telah merampas dan mengharuskan. Engkau katakan mari menebar cinta, namun nyatanya engkau masih terbawa suasana ketika membaca tulisanku, tingkah lakuku, engkau lupa bahwa kesadaranmu direnggut oleh ilusi kenyamananmu sendiri.
Engkau nyaman di deretan ruang-ruang kesadaran. Namun kau lupa bahwa kau tetap manusia yang tetap harus naik turun merawat dan meruwat tangga-tangga empati dan simpati. Jangan mencintai kebijaksanaan. Selagi jiwamu meninggalkan jiwa-jiwa lain yang masih butuh ditutun menapaki tangga dasar kesadaran. Atau segera pergilah ke surgamu dan bawa cintamu yang asing dari umat bumi ini.
Lupakah ? Bila kesadaran harus berpegang teguh pada keutuhan, keseimbangan dan keselarasan. Sehebat, seluas, selues apapun kesadaranmu menjadi realitas Tuhan. Bila tidak belajar merawat "tepo saliro/ menempatkan sesuatu sesuai porsi dan batasan" sebagai mahluk -Nya. Maka misi memayu hayuning bawana itu sesungguhnya gagal.
~ Tunjung Dhimas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar