Rabu, 03 Mei 2017
Kartini Bukan Perihal Ceremonial
Bukan perihal ceremonial, Kartini adalah sosok perempuan yang mampu membebaskan jiwanya dari bentuk sekat yang menutup jiwa dan tubuh zahirnya dari pasungan ideologi dan paham.
Ia bangkit kala melihat bentuk-bentuk sekte budaya yang membuatnya dipenjara oleh bentuk mindset kalangan luas retorika sosialis.
Power pendidikan yang Ia percayai mampu merubah cengkraman paradigma di masanya, sebagai perempuan Ia berjuang untuk tidak tertunduk pada kooptasi kekuasaan.
Sebagai perempuan yang tidak selalu berkalang lelaki, membangun mercusuar "habis gelap terbitlah terang" menanamkan nilai-nilai kemanusiaan hingga mengorbankan diri diatas penderitaan.
Pengabdian adalah jalan yang ia tempuh untuk menempa diri demi memerdekaan para perempuan sesamanya.
Hingga sekarang apa yang Ia bangun dan perjuangkan itu terus menyinari peradapan bangsa ini hingga terpelanting ke beberapa lorong gelap penjuru dunia.
Dalam kerangka berfikir aksiologis Kartini telah melahirkan karya emas sepanjang sejarah, transformasi pola pikir yang terus mengkaji bentuk-bentuk pemahaman, dan belum tercapainya pendidikan yang relevan diera sekarang membuat karya dan perjuangannya tetap membara.
Keterhubungan diera modernisme ini adalah nilai dimana esensi pola pikir yang terus bertransformasilah yang mampu membangun kapasitas pendidikan yang cemerlang. Perempuan modern telah terjebak "kooptasi modern" layar smartphone membuatnya cerdas namun mempersempit ruang gerak dan dunianya, melahirkan distorsi respektivitas dan menumpulkan kepeduliaan antar sesama.
Sistem modernisme perlahan turut memenjarakan perempuan sekarang dengan jalan pola pikir (mindset) yang terkukung standaritas masyarakat modern. Usia muda habis untuk menuntut ilmu atas dalih sekolah, lulus terjebak jembatan hitam lahan pekerjaan, intervensi pernikahan atas dogma ketakutan akan umur.
Bercita-cita medeka dan bahagia di masa depan, namun tidak sadar bahwa Ia terjebak sempitnya ruang pikir. Tidak menyadari bahwa usianya terbuang tanpa sesekali mengerti atau mendapati bahagia dan merdeka yang Ia cari tak pernah Ia dapati, bahkan lupa mengabdikan diri di sudut-sudut curam dunia sekelilingnya.
Sistem modern telah mengurungnya dalam tututan sekolah, jerat pekerjaan, dan pernikahan. Bahkan setelah berkeluargapun Ia masih terjebak oleh sistem modern ini, melalui mindsetnya yang masih terkukung tuli terhadap panggilan dunia sekelilingnya. Maka dari itu Kartini bukan hanya sekedar ceremonial yang selalu dikenang dan dinikmati karyanya hanya sebagai bentuk karya namun juga pangamalan.
Engkau yang terbangkit jiwamu ketika melihat sekelilingmu yang masih kelaparan, terdiskriminasi, pilu hingga menghujam jantungmu, lebih terpentingnya ketika engkau mampu mengeluarkan dirimu dari kooptasi modernisme, maka engkaulah Kartini...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jalan Sutra
Cinta ini kupendam dalam hingga tak beraturan. Membuat semuanya serba berbenturan. Aku menyadari cinta pernah membuatku menjadi pemberontak...
-
Sang lindung, aku ora duwe ingkung Sang lindung, aku aja digawe binggung Kaki danyang, nini danyang Jaran kepangku balekna ngandhang... ...
-
Saya akan membabarkan hasil permenungan saya dari kode yang diungkapkan oleh: Romo Krath. Bandy Nagoro " Alam dalam huruf Alif Lam M...
-
Di hening malam, mataku agak capek mengedit laporan tesis, melihat angka-angka statistik yang rumit... Hasratku ingin berbagi tentang Sast...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar