Kama Sutra
Kama Sutra (Sanskerta: kama, yang berarti keinginan, hasrat, cinta atau nafsu) dan sutra, yang berarti benang atau rangkaian) adalah rangkaian dari adegan hasrat dalam hubungan seksual. Ada sebagian orang yang mendifinisikan Kama Sutra sebagai tali atau benang pengikat dalam percintaan. Kama (batara Kamajaya) juga merupakan lambang dari dewa percintaan, seperti yang dikenal dalam cerita Kamajaya-Ratih (dewi Kamaratih).
Kesadaran saya menemukan kasunyatan bahwa kama sutra adalah bentuk penyembahan pada Tuhan. Seperti dalam suluk tambang raras dinyatakan bahwa "bertemu Tuhan itu candu dan lelap seperti nikmat segama yang membuat kita lupa dari dataran hasrat yang menumpah menjadi proyeksi penyatuan atas dualitas". Kama sutra merupakan kejumbuhan (bentuk lain dari penyatuan). Prosesi dimana penyatuan itu menghasilkan konstelasi kemenyatuan yang menyipta gatra untuk terjadinya pengejawantahan.
Hukum kausalitas alam raya terbentuk dari partikel satu dengan partikel lainnya yang memiki sifat saling mengisi satu sama lain (ini saya pahami juga sebagai bentuk persetubuhan). Presisinya bila diturunkan pada hukum kesadaran manusia (semesta kecil) manusia terbentuk dari manusia lain yang memiliki sifat saling melengkapi satu sama lain (karakter energi feninin -maskulin). Bedanya manusia ini diwarisi norma - norma standart moral yang terbentuk dari reduksi data panca inderawinya yang terbatas. Terselubung oleh pikiran yang menghasilkan pembatasan akan prosesnya menjalani hidup (melahirkan adat, moral, hukum agamawi).
Orang jawa menyatakan dengan ucapan pager ayu dan poros ijo. Sebagaimana menakar pemahaman kama sutra yang dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat semata tentu berbeda jika dilakukan dengan kesadaran (mengurai bahwa kama sutra itu lebih utama dilakukan atas budhi ; dilakukan untuk menyalurkan energi yang selaras, menemukan jodoh, mendapatkan putra, dan menerima wahyu jiwa suci dan tua yang perlu jalan untuk hadir di bumi kembali karena misi) otomatis inilah yang menyatakan kamasutra adalah "Keu- Tuhan".
Dalam serat centini kama sutra di jabarkan bagaimana posisi, waktu, dan mantranya itu merupakan proyeksi sakral bahwa kama sutra adalah bentuk lain dari sembah dan asal usul manusia secara kasunyatan. Mengingat energi kama sutra bila tak disalurkan memicu seorang pecinta bisa menjadi pemerkosa (perusak). Karena terbendungnya energi memicu tekanan jiwa (psikologis).
~ Tunjung Dhimas
Gambar : sintasi Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar